TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Petugas di rumah pompa Kali Tenggang Kota Semarang semakin meningkatkan kewaspadaan mereka di musim hujan kali ini.
Pasalnya debit air yang kian tinggi semakin membawa banyak tumpukan sampah kiriman dari hulu sungai yang bisa menyumbat aliran pompa.
Kewaspadaan itu ditunjukan oleh petugas rumah pompa, Rastum (35) yang tampak cekatan membersihkan sampah.
Ketika membersihkan sampah tersebut dia menaiki perahu ponton.
Tangannya gesit menyisir aliran sungai di rumah pompa untuk memunguti berbagai sampah rumah tangga yang menggenangi permukaan sungai.
“Musim hujan seperti ini semakin banyak sampah yang datang, paling banyak sampah plastik.
Namun paling repot adalah sampah popok bayi dan tumpukan eceng gondok lantaran dapat menyumbat rumah pompa,” ungkapnya, Kamis (19/11/2020).
Hampir lima tahun bekerja di tempat tersebut, Rastum bahkan pernah mendapatkan sampah berupa kasur yang dibuang warga.
Tepatnya pada dua tahun lalu. Ketika itu debit sungai tinggi akibat hujan deras.
Tak pelak dia dibuat kerepotan untuk mengevakuasi kasur itu agar tak mengganggu aliran air di rumah pompa.
“Itu susah banget mengambilnya, jadi saya pesan jangan buang sampah ke sungai,” pesannya.
Sementara itu, koordinator petugas operator rumah pompa Kali Tenggang, Wisnu Enggar Jati mengatakan, petugas kewalahan lantaran banyak sampah yang hanyut ke Kali Tenggang.
Dalam 24 jam, setidaknya harus membuang sampah hasil membersihkan di rumah pompa sebanyak 25 kali menggunakan motor roda tiga.
Sampah dibuang di lokasi pembuangan sampah kawasan industri Terboyo di Kaligawe.
“Tentu melelahkan namun mau gimana lagi. Sebab tim dari Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) meminta kami bersiaga 24 jam menanggulangi risiko banjir selama musim hujan," ujarnya.
Dia menerangkan, untuk menindaklanjuti intruksi tersebut, total ada tujuh personelnya yang dikerahkan guna mengoptimalisasi sistem penanggulangan banjir di wilayah Kali Tenggang.
Mereka bersiaga 24 jam yang terbagi tiga shift kerja. Keberadaan rumah pompa Kali Tenggang terhitung vital lantaran menjadi titik sentral sebagai tempat pengendali banjir untuk wilayah Gayamsari, Pedurungan, Muktiharjo, Medoho dan daerah lainnya di Kecamatan Semarang Timur.
“Mesin pompa kami operasikan non stop bisa membuang air 1.000 meter kubik per detik,” katanya.
Diakuinya, mesin pompa hidrolik memang sering macet. Hal itu wajar sebab mesin beroperasi secara terus menerus.
Kendati demikian, dia harus menyiasati andai mesin hidroliknya macet atau pipa pompa bocor.
"Maka kami harus bisa mengakalinya. Pipa pembuangan air yang bocor juga harus kita tambal," imbuhnya.
Dikatakan Wisnu, hingga pertengahan November ini kondisi wilayah Semarang Timur masih relatif aman dari bencana banjir.
Elevasi sungai yang terpantau dari rumah pompanya masih stabil dengan level normal.
“Kami punya tujuh kamera CCTV yang tersebar diberbagai titik, fungsinya untuk memantau ketinggian debit air sungai.
Sewaktu hujan deras dan debit air semakin tinggi kami dapat segera bergerak cepat mengatasinya,” bebernya. (*)