TRIBUNJATENG.COM- Biodata KH Miftachul Akhyar Ketua Umum MUI Periode 2020-2025.
KH Miftachul Akhyar menggantikan Maruf Amin.
Penetapan tersebut dihasilkan secara mufakat oleh tim formatur Musyawarah Nasional (Munas) X Majelis Ulama Indonesia (MUI).
KH Miftachul Akhyar sebelumnya merupakan Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).
Baca juga: Pantas Wanita Belgia Ini Rela ke Semarang Khusus Menemukannya, Ini Kisah di Balik Tutup Botol Hygeia
Baca juga: Ini Alasan Susi Pudjiastuti Tolak Ekspor Benih Lobster
Baca juga: Najwa Shihab Tak Percaya Fahri Hamzah Rugi Bisnis Ekspor Lobster, Dedi Mulyadi Beri Pengakuan
Baca juga: Resmi Bhayangkara FC Ubah Nama Jadi Bhayangkara Solo FC dan Bermarkas di Stadion Manahan
Sementara, Ma’ruf Amin didaulat sebagai Ketua Dewan Pertimbangan dan Amirsyah ditetapkan sebagai Sekretaris Jenderal menggantikan Anwar Abbas.
Munas juga menetapkan sejumlah nama untuk menduduki posisi wakil ketua umum, yaitu Anwar Abbas, Marsyudi Suhud, dan Basri Bermanda.
Pemilihan tersebut melalui rapat tertutup 17 tim formatur dengan mengikuti protokol kesehatan dan menjalani rapid test setelah sebelumnya swab test.
Adapun Ketujuh belas tim formatur tersebut yakni Ma’ruf Amin (unsur ketua umum), Anwar Abbas (unsur sekjen), Didin Hafidhuddin (unsur wantim).
Kemudian, Bambang Maryono (unsur MUI Kepri), Khaeruddin Tahmid (unsur MUI Lampung), Rahmat Syafei (unsur MUI Jawa Barat), Maman Supratman (unsur MUI Bali), Khairil Anwar (unsur MUI Kalteng), Ryhamadi (unsur MUI Sultra), Abdullah Latuapo (unsur MUI Maluku). Selain itu, Masduki Baidhlowi (unsur NU), Amirsyah Tambunan (unsur Muhammadiyah), Buya Basri Barmanda (unsur Perti), Amad Sodikun (unsur Syarikat Islam), Jeje Zainuddin (unsur Persatuan Islam), Amany Lubis (unsur perguruan tinggi), Abdul Gofar Rozin (unsur pesantren).
Selain menetapkan formasi kepengurusan baru, Munas X MUI menghasilkan sejumlah keputusan antara lain di bidang fatwa, Munas memutuskan empat fatwa soal haji dan satu fatwa soal human deploit cell.
Sementara itu untuk rekomendasi, Munas X MUI mengeluarkan Taujihat Jakarta merespons berbagai persoalan dan dinamika di tingkat nasional serta internasional.
Biodata KH Miftachul Akhyar:
Miftachul Akhyar adalah Pengasuh Pondok Pesantren Miftachus Sunnah Surabaya.
Miftachul Akhyar adalah putra Pengasuh Pondok Pesantren Tahsinul Akhlaq Rangkah KH Abdul Ghoni.
Miftachul Akhyar lahir tahun 1953, anak kesembilan dari 13 bersaudara.
Riwayat Pendidikan
- Pondok Pesantren Tambak Beras, Jombang;
- Pondok Pesantren Sidogiri, Pasuruan;
- Pondok Pesantren Al-Anwar Lasem, Sarang, Jawa Tengah;
- Pernah mengikuti Majelis Ta'lim Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Makki Al- Maliki di Malang
Tumbuh dan besar di lingkungan pesantren, sejak usia muda ia juga mengabdikan diri di NU.
Tak heran bila hingga saat ini ia aktif mengemban kepemimpinan hingga menjadi Rais Aam PBNU.
Rekam jejak kepengurusan organisasi NU
Pada 2000 - 2005, KH Miftachul Akhyar menjabat sebagai Rais Syuriyah PCNU Surabaya.
Pada 2007 - 2013, kemudian ia menjadi Rais Syuriyah PWNU di Jawa Timur.
Pada 2013 - 2018, di diangkat menjadi Wakil Rais Aam PBNU.
Kemudian pada 2018 - 2020, ia diangkat menjadi Ketua Rais Aam PBNU.
Kehidupan Keluarga
KH Miftachul Akhyar adalah putra Pengasuh Pondok Pesantren Tahsinul Akhlaq Rangkah KH Abdul Ghoni.
Ia merupakan anak kesembilan dari 13 bersaudara.
Ketua MUI Baru itu tercatat menghabiskan waktu mengenyam pendidikan di lingkungan pesantren.
Orang-orang umum menyebutnya ‘Nyantri’.
Dikutip dari Kontan.co.id, menurut catatan PW LTNNU Jatim Ahmad Karomi, penguasaan ilmu agama KH Miftachul Akhyar ini membuat kagum Syekh Masduki Lasem.
Lantas, ia pun menjadi menantu oleh oleh kiai yang terhitung sebagai mutakharrijin (alumnus) istimewa di Pondok Pesantren Tremas.
Kemudian dari sana lah, ia mendirikan Pondok Pesantren Miftachus Sunnah, di Surabaya dari nol.
Awalnya ia hanya berniat mendiami rumah sang kakek.
Namun, hatinya tergerak membangun pusat pendidikan agama lantaran melihat fenomena pentingnya nilai agama.
Akhirnya, mula-mula ia hanya memberikan pengajian untuk masyarakat sekitar.
Lambat laun, karena akhlak budi pekertinya, KH Miftachul Akhyar berhasil mengambil hati masyarakat.