Dalam pertemuan Dewan Keamanan PBB, China dilaporkan bakal didesak untuk berperan lebih aktif dalam menyelesaikan krisis.
Sejauh ini, Beijing menolak mengecam kudeta, dengan media pemerintah menyebutnya sebagai "reshuffle kabinet skala besar".
Richard Weir, peneliti di Human Rights Watch mengatakan, pasukan keamanan secara ceroboh bertindak brutal demi mematahkan gerakan anti-kudeta.
Weir menjelaskan dalam salah satu rekaman yang meresahkan dia melihat ada aparat yang menembaki demonstran dari belakang.
Uni Eropa juga bereaksi dengan menyatakan, penembakan pada warga sipil dan pekerja medis jelas pelanggaran hukum internasional.
Disebutkan juga Tatmadaw bertindak represif terhadap media, dengan jumlah jurnalis yang ditahan terus meningkat.
Akar kudeta terjadi setelah junta militer menuding partai Aung San Suu Kyi, Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD), bertindak curang.
Tuduhan itu merujuk pada kemenangan besar NLD di pemilu November 2020, di mana mereka mendapat lebih dari 80 persen suara.
Pemimpin junta, Jenderal Senior Min Aung Hlaing, menjanjikan bakal ada pemilu baru tanpa menjabarkan detilnya. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Beredar Video Kebrutalan Aparat Myanmar, Dunia Diminta Bertindak"
Baca juga: Jhoni Allen Tertawa Dituding Beri Iming-iming Rp 100 Juta untuk Kader Demokrat yang Temui Moeldoko
Baca juga: Athletic Bilbao Tantang Barcelona dalam Laga Bersejarah
Baca juga: Warga Kebumen Ditemukan Tersangkut Batu Di Sungai Paingan Pekalongan
Baca juga: TKW Terpapar Virus Corona B.1.1.7 Gelar Hajatan di Brebes