Penulis: Khoirul Muzaki
TRIBUNJATENG.COM, WONOSOBO - Pengambilan puluhan batu nisan di Makam Stanagede, Dusun Mojotengah Desa Mojosari Kecamatan Mojotengah, Wonosobo oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Wonosobo menuai kontroversi.
Kejadian itu pun ramai di perbincangkan di media sosial.
Sebagian peziarah keberatan atas pemindahan batu nisan di kuburan keramat yang letaknya di atas bukit tersebut.
Batu-batu nisan yang diambil dari makam kuno itu ada yang menyerupai Lingga, Meru, hingga Kemuncak candi dan Batu dengan relief binatang.
Peziarah sekaligus pegiat ekplorasi makam Farhan mengatakan, pengambilan batu nisan oleh pemerintah mengagetkan peziarah.
Ia menilai tindakan itu tergesa karena tidak didahului sosialisasi ke masyarakat atau peziarah.
Terlebih, makam yang batu nisannya diambil selama ini dikeramatkan oleh sebagian masyarakat.
Batu nisan berbentuk Lingga di makam Raden Maospati misalnya, ikut diambil dan diangkut ke Dinas Pariwisata.
"Namanya orang, ada penghormatan terhadap orang yang dikeramatkan. Bukan hanya warga setempat yang tidak setuju, peziarah juga kaget, kok batu nisannya tidak ada, " katanya.
Farhan mengatakan, ada sekitar 25 batu, kebanyakan batu nisan di Makam Stanagede yang diboyong ke Dinas Pariwisata.
Penelitian tentang benda purbakala di makan Stanagede diakuinya sudah dilakukan Tim Ahli Cagar Budaya Wonosobo sejak lama.
Tetapi ia belum mengetahui hasil riset tersebut, apakah Makam Stanagede termasuk benda diduga cagar budaya atau tidak berdasarkan urutan pemeringkatannya.
Hasil kajian itu mestinya juga disampaikan ke masyarakat sehingga mereka mengetahui dan bisa ikut menjaga keberadaan situasi di lingkungannya.
"Supaya tidak menimbulkan gejolak, hasil riset baiknya disampaikan. Dan rencana pemindahan batu nisan ditawarkan dulu ke masyarakat. Dulu pernah sosialisasi, tapi tidak ada penawaran, setuju atau tidaknya warga," katanya.