"Jokowi mungkin jadi king maker karena posisinya masih sebagai presiden ketika Pilpres 2024 dilaksanakan. Jokowi masih punya perangkat negara untuk bisa mendukung calon tertentu," jelas dia.
Hanya saja, 'privilege' yang dimiliki Jokowi itu disebut Ujang tak lantas memastikan siapa yang didukung olehnya pasti menang.
Menurutnya, masyarakat saat ini sangatlah cerdas dan tak akan terpengaruh begitu saja.
Tentu capres yang akan dipilih adalah yang diperkirakan dapat membawa perubahan yang lebih baik.
"Soal bisa mempengaruhi publik itu belum tentu. Masyarakat sudah berpikir independen dan cerdas. Masyarakat akan memilih capres yang bisa membawa perubahan ke arah yang lebih baik," katanya.
Sebelumnya diberitakan, lembaga survei Akar Rumput Strategic Consulting (ARSC) merilis hasil survei yang mana Presiden Joko Widodo (Jokowi) disebut bisa menjadi 'king maker' dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 mendatang.
Peneliti ARSC, Bagus Balghi, mengatakan publik menilai Jokowi dapat mempengaruhi pilihan masyarakat dalam menentukan siapa yang akan terpilih menjadi presiden.
“Dari hasil survei ini Presiden Jokowi dinilai publik menjadi ‘king maker’ yang dapat memengaruhi publik untuk menentukan siapa yang akan menjadi presiden 2024,” ujar Bagus, dalam rilis survei bertajuk 'Sumber Kepemimpinan Nasional : Menuju 2024', Sabtu (22/5/2021).
Kesimpulan ini didapat setelah ARSC memberikan pertanyaan kepada responden sebagai berikut: 'Jokowi sebaiknya menyatakan dukungan kepada salah satu sosok calon presiden yang akan meneruskan program-programnya selama ini?'
Dari situ, sebanyak 74,13 persen responden setuju apabila Jokowi menyatakan dukungan kepada salah satu sosok calon presiden dalam rangka meneruskan program kerjanya selama ini.
Sementara itu, responden yang tidak setuju sebesar 23,99 persen, 1,65 persen tidak tahu, dan 0,33 persen tidak tahu.
“Publik berharap program-program kerja Presiden Jokowi dalam hal pembangunan strategis terjaga estafetnya. ‘Faktor Jokowi’ menjadi penting,” katanya.
Survei ARSC menggunakan metode multistage random sampling dengan memperhatikan jumlah proporsionalitas antara jumlah sampel dengan jumlah pemilih di setiap provinsi.
Margin of error dalam survei ini kurang lebih 2,9 persen dengan tingkat kepercayaan hingga 95 persen.
Proses pengumpulan data dilaksanakan sejak 26 April hingga 8 Mei 2021 melalui telepon untuk responden usia minimum adalah 17 tahun atau sudah memenuhi syarat pemilih.
Responden yang sebanyak 1.200 orang merupakan perwakilan 34 provinsi di Indonesia. (Tribunnews.com/Vincentius Jyestha)