Oleh Ariyadi, S PdI
Guru SMA Islam Al Azhar 15 Semarang
SEPERTI yang telah direncanakan, bahwa ada kabar gembira dari dunia pendidikan yakni sekolah akan memulai pembelajaran tatap muka (PTM) pada Juli 2021. Namun melihat fakta munculnya klaster baru di berbagai daerah, masyarakat kembali resah.
Ada kekhawatiran bahwa sekolah akan kembali dilaksanakan dengan model pembelajaran jarak jauh atau daring. Munculnya klaster baru ini dikarenakan rendahnya kesadaran masyarakat sekaligus meningkatnya sikap abai masyarakat terhadap ancaman serius wabah corona yang sampai saat ini masih menjadi kekhawatiran masyarakat.
Sudah satu tahun lebih, sekolah melaksanakan pembelajaran jarak jauh. Meskipun Pemprov Jateng dan Disdik telah melakukan uji coba pembelajaran tatap muka pada sekolah tertentu namun sampai saat ini masih ada banyak suara sumbang masyarakat tentang kebijakan PJJ ini terutama perubahan pola belajar dan tidak maksimalnya perkembangan psikologis peserta didik.
Krisis Sikap Selama Pandemi
Tidak dimungkiri, selama pembelajaran jarak jauh secara umum peserta didik hanya menerima pembelajaran yang bertumpu pada aspek pengetahuan, itupun jika sekolah benar-benar melakukan berbagai terobosan inovatif tentang pembelajaran berbasis digital.
Padahal, hak belajar peserta didik selain memperoleh pembelajaran yang bertumpu pada aspek pengetahuan, juga seharusnya peserta didik memperoleh pembelajaran yang berorientasi pada perubahan sikap. Namun, selama pandemi hampir semua peserta didik tidak menerima pantauan perkembangan sikap secara maksimal. Terbukti ada banyak kasus moral yang melibatkan anak di bawah umur.
Yang masih baru, kasus pencurian sepeda motor oleh anak kelas enam SD beberapa hari lalu. Yang lebih memprihatinkan adalah alasan anak tersebut setelah tertangkap adalah "biar keren". Hal ini menjadi bukti bahwa perkembangan sikap peserta didik selama pandemi belum terpantau secara maksimal.
Perkembangan pola pengetahuan dan sikap peserta didik sejatinya adalah tanggung jawab bersama, yakni terjalinnya sinergi antara sekolah, orang tua, dan masyarakat. Sekolah dalam melaksanakan pembelajaran jarak jauh sangat terbatas oleh waktu, akan tetapi peran orang tua tentu sangat krusial dalam menumbuhkan pemahaman kritis peserta didik. Selain itu, perkembangan peserta didik dari sisi sikap sosial maupun spiritual harus tetap terpantau oleh sekolah maupun orang tua.
Lembaga Pendidikan
Sekolah sebagai lembaga yang menyelenggarakan pendidikan sudah sepatutnya mengikuti regulasi umum yang ada sehingga apa yang sudah terprogramkan dari pemerintah melalui kementerian pendidikan dapat terlaksana secara maksimal.
Aspek pengetahuan yang diperoleh peserta didik selama PJJ masih dapat terukur sehingga PJJ tentu masih sangat relevan mengingat geliat era sudah semakin dekat menjamah masyarakat. Akan tetapi hal yang berkaitan dengan sikap, sekolah harus mencari formula yang mampu menampung aspirasi masyarakat agar jika kemungkinan PJJ masih menjadi solusi pembelajaran atas kondisi yang belum menentu, skenario pantauan perkembangan peserta didik dari sisi sikap sosial dan spiritual dapat lebih optimal. Ini dapat dilakukan dengan memberikan pantauan ibadah secara lengkap dalam periodik harian dan seterusnya.
Peran Orang tua
Begitu juga peran orang tua tentu sangat krusial dalam membentuk karakter peserta didik yang memiliki pola perkembangan sikap sosial maupun spiritual yang baik. Inilah peluang orang tua dalam memberikan pantauan perkembangan sikap sosial dan spiritual yang telah dikembangkan dalam pembelajaran jarak jauh namun harus terus mendapatkan pantauan maksimal dari orang tua selama PJJ berlangsung.