Forum Mahasiswa

Forum Mahasiswa Dina Anifatul Arifana : Mewaspadai Konflik Sosial Kala Pandemi

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Dokumentasi proses pemakaman jenazah pasien Covid-19 di Kecamatan Jumantono Kabupaten Karanganyar.

Kritik atas presiden juga dilontarkan oleh BEM UGM. Sama halnya dengan BEM UI, mereka memberikan kritik bahwa Era Presiden Jokowi sebagai orde (paling) baru. Meskipun kritik yang dilakukan oleh BEM UGM tidak seviral yang dilontarkan BEM UI.

Namun dari kesemua itu, perlu kita ketahui bahwa salah satu fungsi mahasiswa ialah agent of control. Artinya, sikap kritis mahasiswa atas kebijakan pemerintah justru memperlihatkan bahwa mahasiswa masih menjalankan tugasnya, tidak dalam dunia akademik saja tetapi juga sosial-masyarakat.

Terlepas dari segala bentuk kontroversi mengenai kritik terhadap Presiden Jokowi. Viralnya, kritik tersebut di media sosial tentu bisa memberikan dampak luas ke publik, apalagi isu ini sempat menjadi trending topic di twitter serta pemberitaan nasional.

Termasuk bisa menjadi penyebab konflik sosial di tengah pandemi, jika kita tidak memahami dan menanggapi isu tersebut dengan bijak.

Pertama, bisa menimbulkan polarisasi masyarakat. Saat kritik tersebut mencuat di media sosial. Polarisasi ini dimulai. Dimana pembahasan isu ini menjadi kemana-mana dan dikaitkan dengan berbagai hal, termasuk keyakinan beragama, privasi pribadi dan pilihan politik seseorang.

Akhirnya esensi dari isu tersebut lenyap dengan sendirinya berganti dengan konflik antar-netizen di media sosial.

Kedua, timbul hoaks dan ujaran kebencian. Barangkali kebiasaan melakukan ujaran kebencian bagi netizen merupakan hal lumrah. Tapi tentunya tidak bisa diamini. Jika mengingat pilpres 2019 lalu. Kita akan melihat bagaimana hoaks dan ujaran kebencian meramaikan dunia maya.

Sama halnya dengan isu ini. Jika masing-masing netizen melakukan pembelaan atas keberpihakannya. Akhirnya, yang terjadi justru saling tuding di dunia maya dan tentu bisa mengarah ke konflik bahkan kekerasan verbal.

Ketiga, Fanatisme buta. Hal yang membahayakan ialah fanatisme buta. Karena, saat orang fanatik ia siap melakukan apa saja untuk membela kelompoknya, sekalipun dengan melakukan diskriminasi hingga mengintimidasi lawan.

Jika sikap fanatik buta sudah tertanam di hati akan melahirkan sikap intoleran terhadap orang yang dinilai tidak sesuai dengan apa yang diyakini. Perlu diketahui bahwa fanatisme bukan hanya persoalan keyakinan agama, tetapi juga berupa keyakinan dan keberpihakan yang berlebihan terhadap suatu kelompok tertentu.

Keempat, Konflik Vertikal. Konflik vertikal merupakan konflik antar pihak yang memiliki kedudukan tidak sejajar.

Seperti pemerintah dengan masyarakat. Jika isu ini, tidak ditanggapi dengan bijak. Tentu bisa menimbulkan konflik vertikal antara pemerintah dengan masyarakat itu sendiri. Bahkan, isu ini bisa memicu demonstrasi langsung yang lebih besar.

Evaluasi Bersama

Konflik sosial, sejatinya memang sebuah bentuk dari gejala sosial yang terjadi karena adanya interaksi manusia. Bahkan konflik menjadi suatu keniscayaan. Karena setiap orang bisa saja, sengaja atau tidak sengaja bertentangan dengan orang lain, ataupun dengan dirinya sendiri

. Namun, dalam konflik yang paling penting ialah sebuah penyikapan dan cara penyelesaian. Jangan sampai, upaya-upaya yang digunakan untuk menyelesaikan tetapi malah menimbulkan persoalan baru, atau malah menimbulkan kekerasan. Tentu kita tidak ingin ini terjadi.

Halaman
123

Berita Terkini