PPKM Darurat

Kiai Latif Tergugah Merawat Jenazah, Banyak Pasien Covid Meninggal Saat Isoman Kurang Perawatan

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

PIlustrasi pemulasaran jenazah

Terpisah, Budi seorang warga positif sedang menjalani isolasi mandiri. Ia memilih untuk isolasi mandiri di tempat yang disediakan pemerintah dibanding di rumah.

"Saya memutuskan isoman di rumdin karena saya menjaga istri saya agar tidak terkena juga. Karena waktu saya merawat anak saya, istri saya posisi di luar kota, begitu istri saya mau pulang rumah, istri bilang apa gak kasihan sama anak dan istrimu. Akhirnya saya memutuskan isoman di rumdin,," ujarnya.

Kepada Tribunjateng.com, ia mengungkapkan banyak suka duka menjalani isolasi mandiri di rumdin. Sisi positifnya proses penyembuhan lebih teratur karena mendapatkan bantuan dan pengawasan petugas.

"Enaknya makan teratur, pagi siang dan sore, tiap pagi di swab dan rapid sebelum senam pagi. Sebelum senam bangun pagi jam 5.30 ada petugas yang keliling masuk tenda periksa tiap pasien keluhan dan obatnya," kata Budi.

Namun pengalaman tidak nyaman menjalani isolasi mandiri di rumdin, dirinya harus tidur di tenda darurat tanpa pembatas. Sehingga seperti barak dan mandinya hanya cukup untuk satu orang sebadan saja dengan kamar mandi dari plastik.

Budi menuturkan, awal mula dirinya merasakan gejala badan nyeri-nyeri di persendian, meriang. Kemudian hari berikutnya tak bisa mencium atau merasa. (tim)

Baca juga: Tata Cara Pemotongan Hewan Kurban di Masa PPKM Darurat: Jagal dari Luar Wilayah Diimbau Swab Test

Baca juga: Kisah Sukses Anak Tukang Parkir Jadi Lulusan Terbaik Adhi Makayasa, Ini Daftar Lengkapnya

Baca juga: Google Didenda Rp 8,7 Triliun karena Masalah Hak Cipta dengan Perusahaan Media di Prancis

Baca juga: Penularan Covid-19 di Indonesia Sudah Lampaui India, 47 Ribu Kasus Sehari Tertinggi di Dunia

Berita Terkini