Berita Salatiga

Sambut HUT ke 1.271 Kota Salatiga, Produsen Batik Bikin Motif yang Terinspirasi Prasasti Plumpungan

Penulis: M Nafiul Haris
Editor: moh anhar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sri Ambarwati menunjukkan koleksi batik dengan motif batu Prasasti Plumpungan Salatiga, Jumat (23/7/2021).

TRIBUNJATENG.COM, SALATIGA - Kota Salatiga pada 24 Juli 2021 nanti akan memasukinya usianya yang ke 1.271 tahun.

Hal tersebut sesuai temuan prasasti Plumpungan yang sudah ada sejak tahun 750 Masehi, dimana waktu itu Salatiga merupakan wilayah perdikan.

Hingga kemudian, dibakukan sebagai hari jadi Kota Salatiga yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah Tingkat II Kota Salatiga Nomor 15 Tahun 1995 tentang Hari Jadi Kota Salatiga.

Sebagai bentuk rasa cinta terhadap kota kelahirannya yakni Kota Salatiga seorang produsen batik Sri Ambarwati (46) membuat batik khusus dengan motif menyerupai batu andesit yang dimana tertulis asal-usul Salatiga atau lebih dikenal sebagai Prasasti Plumpungan.

Baca juga: Hipertensi, Bukan Penyakit Menular, Namun Berpotensi Komorbid, Ini Tips Terhindar dari Covid-19

Baca juga: Polres Tegal Adakan Vaksinasi Massal dan Berikan Bansos Pada 350 Pelaku UMKM

Baca juga: Bantah Naikkan Sewa Kios Pasar 300 Persen, Bupati Kebumen Minta Anak Buahnya Klarifikasi ke Publik

Ambarwati mengatakan adanya motif baru batik khas Salatiga dengan menampilkan batu kontemporer adalah simbolik dari Prasasti Plumpungan diharapkan juga menjadi pengingat sejarah asal-usul berdirinya Kota Salatiga.

"Karena itu khasnya watu kontemporer, agar orang tahu dan tidak lupa. Lewat batik ini kami harapkan orang luar akan mengenal Salatiga dan segala hal terkait kampung halaman saya, sejarahnya seperti apa termasuk gambaran watu salak," terangnya kepada Tribunjateng.com, di Butik Batik dan Lurik Srihanna, Kelurahan Mangunsari, Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga, Jumat (23/7/2021).

Menurutnya, peluncuran batik dengan motif Prasasti Plumpungan berdekatan HUT ke 1.271 Kota Salatiga agar menjadi pengingat semua elemen, khususnya pelaku UMKM untuk senantiasa berkarya ditengah situasi pandemi Covid-19.

Ia menambahkan, selain motif batu yang terinspirasi dari Prasasti Plumpungan pada koleksi batik terbaru karyanya juga menampilkan buah salak karena banyak tumbuh di daerah Kecandran Kota Salatiga.

"Untuk Salak ini karena saya asal kampungnya di Kecandran ingin saya tuangkan lewat batik agar ingat darimana berasal. Karena sekarang mulai hilang, dahulu Salak banyak diolah menjadi sirup, dijual bentuk buah dan sebagainya," katanya.

Selain menampilkan motif batu Prasasti Plumpungan dan buah Salak juga ditampilkan batik parang sebagai motif paling tua di Indonesia.

Tujuannya, melestarikan warisan budaya asli tetapi memiliki makna filosofis.

Ambarwati menyatakan, dalam proses pembuatan desain batik dengan motif Prasasti Plumpungan sendiri memakan waktu hampir dua bulan. Selanjutnya, dilanjutkan proses, menulis motif, dan pewarnaan menggunakan canting.

"Karena ini batik tulis ya, prosesnya lama. Saya melibatkan tiga orang pengrajin binaan untuk warna kombinasi motif ada hijau, kuning, coklat, dan merah," ujarnya.

Dia mengakui, adanya pandemi Covid-19 bahkan diberlakukan PPKM Darurat kemudian dilanjutkan PPKM Level 4 sedikit banyak mempengaruhi penjualan.

Baca juga: Video Sindikat Pencuri Mobil Pikap Berhasil Diamankan

Baca juga: Bikin Cowok Korea Jatuh Cinta, Ini Tipe Wanita Oppa

Baca juga: Chord Kunci Gitar Double Take Dhruv

Meski demikian lanjutnya, hal itu tidak begitu signifikan karena banyak pembeli melalui sistem online lewat media sosial instagram.

"Lalu, saya juga menggandeng mitra dari daerah-daerah luar Salatiga dengan sistem reseller. Sehingga yang ingin membeli batik Srihanna tidak perlu ke Salatiga, khusus motif Prasasti Plumpungan saya jual Rp 350 ribu," jelasnya. (*)

Berita Terkini