Berita Cilacap

Agar Mudah Dipahami, Guru Penggerak di Cilacap Ini Ajak Siswanya Belajar Matematika dari Lebah

Penulis: Permata Putra Sejati
Editor: moh anhar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Siswa-siswi SMPN 2 Karangpucung, Kabupaten Cilacap saat memanfaatkan lebah sebagai sarana untuk belajar matematika di era pandemi saat ini, Senin (26/7/2021).

TRIBUNJATENG.COM, CILACAP - Angan-angan para guru memulai tahun ajaran baru dengan tatap muka terbatas musnah sudah dengan adanya PPKM Darurat. 

Sebaran wabah bahkan seolah tak terkendali membuat pembelajaran harus kembali ke rumah masing-masing secara daring. 

Di Kabupaten Cilacap hal itu justru menjadi tantangan bagi Guru Penggerak menciptakan pembelajaran yang menarik untuk siswanya.

Adalah Yoki Isnandar, guru matematika SMPN 2 Karangpucung, Kabupaten Cilacap yang memanfaatkan lebah sebagai sarana belajar matematika di masa pandemi saat ini. 

Baca juga: Unissula Semarang Buka Studi Bahasa Internasional

Baca juga: Polda Jateng Kedepankan Edukasi kepada Masyarakat saat Perpanjangan PPKM Level 4

Baca juga: Klasemen Sepak Bola Olimpiade 2021, Jepang Tak Terhentikan, Spanyol Bangkit

Baca juga: Cara Menghindari Konten Tak Disukai Muncul di FYP TikTok

Dengan aset yang ada di desanya, Yoki melakukan pembelajaran dengan membuat video pembelajaran bersama rekan kerja dan 4 siswanya. 

Ia memanfaatkan barang bekas berupa kalender bekas sebagai media menulis dan papan bekas hasta karya lukisan seni budaya sebagai alas untuk menulis. 

Yoki membuat inovasi dalam pembelajaran Matematika di kebun budidaya lebah bambu betung yang dimilikinya.

Pembelajarannya dimulai dengan mengajak siswanya ke kebun lebah Apis Trigona yang tak bersengat. 

Dari beberapa keistimewaan jenis lebah ini, diambil satu keistimewaannya yaitu mampu memperbanyak koloni.

Fenomena itu, oleh Yoki dikaitkan dengan materi pembelajaran matematika tentang bentuk barisan dan deret bilangan geometri dengan rasio dua. 

"Dari satu koloni lebah Apis Trigona dapat dipecah menjadi dua koloni dalam satu bulan. Sehingga dituliskan ke dalam barisan bilangan geometeri selama setengah tahun membentuk barisan, misalnya: 1, 2, 4, 8, 16, 32" jelasnya kepada Tribunjateng.com,  Senin (26/7/2021). 

Dari keistimewaan tersebut, tambah Yoki, dapat dibentuk dengan soal matematika yang dikaitkan dengan kehidupan nyata. 

Sehingga pembelajaran matematika tentang barisan dan deret matematika mudah dipahami.

Di awali dari kejenuhan siswa belajar daring, kemudian dia mencoba mencari cara lain agar anak-anak kembali memiliki semangat dalam belajar meskipun lewat daring.

Kegiatan ini juga tentunya sudah mendapatkan izin dari Kepala Sekolah dan juga orang tua siswa serta dilakukan dengan prokes yang ketat.

Halaman
12

Berita Terkini