Oleh Meiliana
Dosen Gizi dan Pangan Unika Soegijapranata
TINGGINYA jumlah kasus diabetes melitus, penyakit yang ditandai dengan kadar gula darah tinggi, melipatgandakan masalah kesehatan di Indonesia di masa pandemi ini.
Orang dengan kadar gula darah tinggi umumnya mengalami komplikasi kesehatan yang lebih parah dan risiko kematian yang lebih tinggi saat terinfeksi virus.
Keraguan dan halangan para penyandang diabetes mengikuti program vaksinasi akan mengancam percepatan mencapai kekebalan kelompok (herd immunity) yang menjadi kunci keberhasilan pengendalian pandemi.
Ancaman tersebut menjadi lebih serius ketika jumlah penduduk dengan kadar gula darah yang tinggi melonjak selama masa pandemi.
Kasus diabetes mencapai 6,2 persen atau lebih dari 10 juta penduduk Indonesia per tahun 2020. Mereka menyumbangkan 35 persen jumlah pasien Covid-19 di Indonesia. Di Jawa Tengah sendiri, sebanyak 39,9 persen kasus meninggal Covid-19 disertai komorbid diabetes.
Fenomena gula
Saat ini, Indonesia berstatus waspada diabetes dan menduduki peringkat ke-7 dari 10 negara dengan pasien terbanyak di dunia. Status ini tidak mengalami perubahan sejak tahun 2015. Fakta ini merupakan sinyal lampu merah status kesehatan masyarakat Indonesia.
Riset Kesehatan Dasar mencatat kecenderungan peningkatan prevalensi diabetes pada penduduk umur ≥15 tahun, yaitu 5,7 persen (2007), 6,9 persen (2013), dan 8,5 persen (2018). Selain itu, diabetes mulai banyak ditemui pada usia muda. Sekitar satu dari enam remaja gemuk berada pada tahap pre-diabetes.
Pola makan dan hidup yang tidak sehat menjadi pemicu utama kejadian diabetes. Budaya makan makanan manis yang cocok di lidah orang Jawa bisa jadi salah satu faktor tingginya asupan gula. Selain itu, stres psikologis akibat tekanan atau perubahan lingkungan secara drastis mendorong pilihan makanan yang manis.
Dengan jumlah produk makanan dan minuman tinggi gula yang berlimpah dan mudah dibeli di pasaran, sulit untuk menghindari konsumsi gula yang berlebih. Bukan hanya itu, lonjakan diabetes di masa pandemi bisa juga disebabkan kurangnya aktivitas fisik. Belajar atau bekerja dari rumah membatasi ruang gerak warga di masa pandemi.
Pemerintah Indonesia menetapkan rekomendasi asupan gula harian maksimal 5 sendok makan per hari, yang telah disesuaikan dengan anjuran dari Badan Kesehatan Dunia. Informasi ini menjadi bagian dari Pedoman Gizi Seimbang 2014, panduan makan sehat bagi masyarakat Indonesia yang selalu didengungkan oleh tenaga kesehatan melalui berbagai program edukasi. Namun edukasi saja tidaklah cukup karena nyatanya asupan gula di Indonesia maupun dunia masih tergolong tinggi.
Deteksi prediabetes
Mencegah lebih baik daripada mengobati, apalagi diabetes adalah penyakit yang melekat seumur hidup. Selain kampanye pola makan sehat, pemeriksaan kadar gula darah untuk mendeteksi prediabetes sejak muda dapat membantu mencegah diabetes.
Program edukasi dan deteksi dini dapat melibatkan fasilitas kesehatan seperti Posyandu dan Puskesmas, dan perlu diperluas ke lingkungan sekolah maupun kampus.