“Seperti hari ini, ya jadinya hanya masak nasi dan goreng tempe saja. Tidak apa prihatin. Ini untuk anak,” kata Kamsih, istri Parjan.
Buta mendadak
Semua terjadi di usia 35 tahun.
Saat itu, anaknya yang kedua baru berusia delapan bulan.
Dokter memvonis Parjan akan mengalami kebutaan permanen.
Pada usia 40, ia benar mengalami kebutaan permanen.
Vonis itu tentu membuat hati hancur.
Namun, kasihnya pada Kamsih dan kedua anaknya begitu besar.
Ia memutuskan tetap bertahan untuk membesarkan kedua anaknya dengan kekuatannya sendiri meski penuh keterbatasan.
Parjan menyadari, hanya keahlian menderes nira yang tersisa.
Sementara itu, keahlian sebagai tukang bangunan telah pupus sejak tak lagi bisa memelihat.
“Sejak itu pendapatan hilang setengah,” katanya.
Parjan semakin menekuni menderes.
Lantas, bagaimana Parjan mampu menaiki puluhan pohon itu?
Ia mengaku mengandalkan ingatannya.