Forum Guru

Forum Guru : Akankah Guru dan Sekolah Sukses Transisi ke PTM Terbatas?

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi Suasana Pembelajaran Tatap Muka (PTM)

Roly Cristi Tambunan

Training Spesialis Program PINTAR Tanoto Foundation Jawa Tengah

Menjelang diizinkannya sekolah untuk melakukan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas, banyak hal yang perlu diperhatikan setiap pemangku kepentingan. Satu di antara syarat bagi sekolah untuk menjalankan PTM terbatas adalah izin orangtua peserta didik.

Faktanya, saat ini masih banyak orangtua siswa yang belum setuju dengan PTM terbatas. Dalam hal ini, sekolah memiliki tanggung jawab besar menjamin peyelenggaraan PTM terbatas yang aman dan efektif.

Pemberlakuan PTM terbatas diharapkan dapat menghidupkan kembali semangat siswa dalam belajar. Tidak dapat dipungkiri bahwa banyak kendala yang dialami oleh siswa, guru maupun orangtua selama proses pembelajaran daring. Kondisi pandemi covid-19 menjadikan proses pemerolehan pengetahuan menjadi tidak optimal.

Bagi siswa, PTM terbatas seolah menjadi jawaban kerinduan mereka dengan aktivitas belajar di sekolah. Banyak siswa yang mengaku sudah bosan dan rindu bertemu kembali dengan guru dan teman-teman mereka.

PTM terbatas juga turut menjadi kabar gembira bagi para guru. Sebagai pengajar, guru mengalami berbagai tantangan dalam pelaksanaan belajar daring yang berimbas pada terjadinya ketimpangan belajar. Tidak hanya keterbatasan gawai dari peserta didik, kendala jaringan, miskomunikasi saat siswa belajar mandiri juga menjadi permasalahan krusial.

Tantangan PJJ

Pusat Asesmen dan Pembelajaran Kemendikbud menyampaikan, saat ini guru memiliki tiga tantangan riil PJJ.

Pertama mengenai waktu belajar yang sedikit dan berpengaruh pada kualitas pembelajaran.

Kedua adalah kemampuan fokus belajar siswa juga tidak sama seperti saat mereka di sekolah. Terakhir, keterlambatan pemerolehan pengetahuan. Misalnya siswa kelas 1 SD semestinya sudah bisa membaca namun kenyataannya mereka masih dalam tahap mengenal huruf. Hal demikian menjadikan proses pembelajaran yang telah dirancang para guru terhambat.

Beranjak dari problematika tersebut, selama PJJ guru diharuskan bekerja keras menciptakan situasi belajar yang tidak membosankan bagi siswa. Guru menjadi lebih kreatif dan inovatif dalam menyampaikan pembelajaran.

Sebagai fasilitator, guru dihadapkan pada pilihan untuk menguasai penggunaan digital sebagai media pembelajaran. Mau tak mau, para guru senior yang tidak paham sebelumnya harus belajar penggunaan perangkat teknologi dan Learning Management System (LMS) demi memaksimalkan pembelajaran secara daring.

e-Pintar

Dr. J. Satrijo Tanudjojo, CEO Global Tanoto Foundation pada saat peluncuran e-Pintar pada Selasa (14/9), sebuah platform pelatihan guru dan kepala sekolah berbasis digital menyebutkan, Tanoto Foundation sudah menggunakan digitalisasi dalam dunia pendidikan bahkan sebelum pandemi demi mendukung pelaksanaan pembelajaran terus berinovasi.

Halaman
12

Berita Terkini