Cerita Fabel

5 Dongeng Fabel Hewan untuk Anak, Kisah Binatang Rimba Kaya Pesan Moral

Penulis: Puspita Dewi
Editor: abduh imanulhaq
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

5 Dongeng Fabel Hewan untuk Anak, Kisah Binatang Rimba Kaya Pesan Moral

Setelah lelah melanglangbuana, Burung Udang pun singgah di dahan pohon tepi Sungai Silam.

Dari kejauhan, terlihat di dasar sungai yang jernih itu ada banyak cacing hidup.

Bagai hujan di tengah kemarau, Burung Udang pun gembira menemukan makanannya.

Ia pun berusaha menyelam ke sungai. Namun usahanya sia-sia.

Ia tidak bisa menyelam, bahkan berenangpun tidak.

"Ah andainsaja aku punya sirip untuk berenang," keluh Burung Udang.

Melihat Burung Udang bersusah payah berenang, Ikan Toman pun menghampirinya.

"Hai Burung Udang, apa yang kau cari di dasar sana?" tanya Ikan Toman.

"Hai Ikan Toman, aku hendak mengambil cacing untuk aku makan. Tetapi aku tidak bisa berenang,"kata Burung Udang.

"Baik lah, dengan senang hati aku akan mengambilkannya untukmu,"kata Ikan Toman.

Ikan Toman pun menyelam. Tak butuh waktu lama, Ikan Toman keluar dari air dengan membawa puluhan cacing. Ikan Toman pun berenang ke tepi dan memberikannya untuk Burung Udang.

"Oh Ikan Toman, kau baik sekali. Semoga kebaikanmu berbuah manis. Aku tidak tahu caranya berbalas budi," tutur Burung Udang.

"Tidak usah sungkan. Aku senang bisa membantumu Burung Udang," tandas Ikan Toman.

Ikan Toman pun kembali berenang sembari melihat biji-bijian itu.

Melihat itu, Burung Udang mengetahui jika Ikan Toman menginginkannya.

"Toman, apa kau menginginkan biji merah itu?" tanya Burung Udang.

Ikan Toman pun terkejut Burung Udang bisa mengetahuinya.

"Eh anu, bagaimana kau bisa tahu?" tanyanya.

Tanpa dijawab, Burung Udang pun segera terbang memetik biji-bijian itu.

Semenjak saat itu, persahabatan keduanya mulai terjalin.

Selain berburu bersama, burung udang dan ikan toman saling membantu jika salah satu di antara mereka sedang ada yang mengalami kesulitan.

Kisah ini mengingatkan kita bahwa terkadang permasalahan lebih mudah selesai ketika ada bantuan dari orang lain, seperti sahabat kita.

3. Fabel Persahabatan Burung Jalak dan Kerbau

Di suatu sore, di pinggir sawah nun hijau terlihat seekor kerbau sedang gelisah.

Monyet yang keasyikan makan pisang di sawah tuan Kerbau pun bertanya.

"Kerbau kenapa kamu gelisah?" tanya Monyet.

Kerbau pun menjelaskan bahwa punggungnya gatal. Tetapi dia tidak memiliki tangan untuk menggaruk.

”punggungku gatal sekali,rasanya ingin ku garuk menggunakan paku”jawab kerbau.

Melihat itu, Monyet pun memamerkan kedua tangannya sambil tertawa. "Hahaha menggaruk adalah hal yang mudah. Sayang sekali kau tak punya tangan kerbau," tawa Monyet membuat Kerbau tersinggung.

Monyet langsung pergi dan tak mau menolong Kerbau.

Kerbau pun berusaha sabar. Ia terus menggarukkan punggungnya ke pohon pisang miliknya. Tetapi percumah. Rasa gatalnya tak kunjung hilang.

Lalu tidak lama kemudian datinglah seekor burung jalak yg terlihat kurang makan.

”Kerbau kenqpa kau menggarukkan punggungmu ke pohon pisang itu? Ada yg bisa saya bantu?”tanya burung jalak.

”ya, punggungku rasanya gatal sekali !”jawab kerbau

"bolehkah saya memakan kutu-kutu yg berada di punggungmu?”tanya burung jalak sekali lagi.

”boleh silahkan, asalkan gatal di punggungku bisa hilang, .” tutur Kerbau.

" wah, banyak sekali kutu di punggungmu.”kata burung jalak.

Lalu Burung Jalak menggunakan paruhnya yg tidak terlalu runcing untuk mencari kutu-kutu.dengan sigapnya burung jalak hingga kutu yg berada di punggung kerbau habis tak tersisa sedikit pun.

 Setelah mengetahui bahwa kutu yg berada di punggungnya kerbau habis, lalu burung jalak terjatuh karena kekenyangan memakan kutu kerbau.Si kerbau pun berterima kasih karna telah menolongnya.

"Jalak trimakasih telah memakan kutu-kutu di punggungku," tutur Kerbau.

"Sama sama juga Kerbau. Kau telah memberiku makan," jawab Jalak.

Lalu mereka berdua pun menjadi sahabat.

Melihat persahabatan Kerbau dan Jalak, Monyet pun merasa sedikit iri. Dengan hati yang ragu, Monyet menghampiri Kerbau.

"Sahabatku Kerbau bolehkah aku meminta pisangmu lagi?" tanya Monyet tak tahu malu.

Kerbau pun lantas membalas ejekan Monyet sore tadi.

"Lalu apq gunanya tanganmu jika kamu gak bisa menanam pisang sendiri? Hahaha," tawa Kerbau.

Kerbau dan Burung Jalak pun kembali bermain tanpa memperdulikan Monyet.

4. Fabel Semut dan Belalang yang Malas

Pada suatu hari di musim panas, di sebuah hutan yang rimbun terlihat seekor Belalang yang sedang gembira. Ia meloncat dari dahan satu ke dahan lainnya.

Memakan dengan lahap daun-daun kesukaannya sambil menikmati musim panas yang cerah.

Tiba-tiba Belalang bedpapasan dengan seekor semut yang bersusah payah membawa butir jagung. Semut itu sudah berlalu lalang puluhan kali di hadapan Belalang.

"Hai semut, kenapa kau sibuk mondar-mandir membawa bulir jagung?" tanya Belalang.

"Aku sedang mengumpulkan persediaan makanan untuk musim dingin," tuturnya.

"Ayolah semut, ini musim panas, waktunya yang tepag untuk bersantai,"rayu Belalang.

Semut lantas menyarankan Belalang untuk melakukan hal yang sama.

Belalang pun tertawa.

" Musim dingin masih lama, aku ingin bersantai-santai di musim panas," lanjut Belalang.

Karena semut tak mau bermain bersama Belalang, Belalang pun iseng mengganggu semut yang bekerja. Ia melompat-lompat di hadapan semut membuat perjalanan semut terganggu.

Semut pun marah.

" Daripada kau menggangguku, lebih baik kau membantuku Belalang," lanjut Semut.

Mendengar itu Belalang kembali tertawa.

"Hahahah untuk apa aku membantumu, aku lebih senang mengganggumu bekerja," tawa Belalang.

Semut pun tak meghiraukannya dan tetap bekerja.

Ketika musim dingin tiba, Belalang tak bisa keluar dari sarangnya. Musim begitu dingin. Sedangkan di rumahnya sama sekali tak ada makanan.

Sementara itu, dari balik sarangnya, Belalang mengamati semut-semut yang terlihat berbahagia. Selama musim dingin, mereka berpesta setiap hari, menikmati persediaan makanan yang telah mereka kumpulkan.

Belalang menyesal telah membuang waktunya untuk bermalas-malasan.

5. Fabel Kancil dan Buaya di Sungai

Berikut adalah cerita fabel atau cerita binatang Kancil dan Buaya. Tentang seekor Kancil si Cerdik yang berhasil mengelabuhi belasan ekor buaya.

Dikisahkan pada suatu siang yang terik, seekor kancil berjalan lunglai menahan haus dan lapar. Musim kemarau sudah tiba. daratan tempat tinggal Kancil sudah kering dan tak ada makanan.

"Aduh aku lelah dan lapar sekali. Musim kemarau sudah tiba," keluh Kancil.

Kancil pun berjalan menuju sungai nun segar. Ia hanya bisa minum tanpa bisa makan.

Tiba-tiba di seberang sungai, Kancil melihat kebun timun tumbuh subur dan lebat. Mentimun adalah makanan kesukaan Kancil. Ia berniat menyeberangi sungai yang dalam tersebut.

Namun sungai tersebut penuh dengan buaya buas.

sungai ini penuh dengan buaya yang rakus. Jika aku menyeberang, pasti aku akan dimakan," kata Kancil.
"
Dari jauh, tampak tiga ekor buaya berenang mendekati Kancil.

"Kancil, kebetulan sekali kau datang ke sungai ini. Mendekat dan minumlah air sungai kami yang segar. Kau haus bukan? " bujuk seekor buaya paling besar.

Kancil yang cerdik pun tidak mudah kena bujuk rayu buaya.

Ia pun berfikir keras bagaimana caranya ia bisa menyeberang.

Tak perlu waktu lama, Kancil si Cerdik pun menemukan ide cemerlang.

" Wahai buaya.... Sebenarnya aku ke sini diperintahkan oleh raja hutan untuk membagikan daging segar untuk kalian semua," tutur Kancil.

"Benarkah Kancil?" tanya Buaya.

Kancilpun mendekat ke sungai sambil meminum air segar.

"Tetapi aku harus tahu jumlah kalian semua agar adil," kata Kancil.

"Lalu apa yang harus kami lakukan?" tanya Buaya.

"Panggil teman-temanmu kemari, aku akan menghitung jumlahnya," kata Kancil.

Lalu salah satu buaya pun pergi untuk memanggil teman-temannya.

Belasan buaya sudah berkumpul di hadapan kancil.

Kancil sebenernya menyimpan rasa takutnya melihat banyak buaya beringas ada di hadapannya.

"Kalau kalian bergerombol begitu, mana bisa aku menghitungnya. Sekarang berbarislah yang rapi," pinta Kancil.

Para buaya pun berbaris di sepanjang sungai agar bisa dihitung jumlahnya.

Kancil pun lantas menginjak barisan buaya itu. Kancil melompat dari punggung buaya satu ke buaya lainnya sambil menghitungnya.

"satu, dua, tiga,......... dua belas, tiga belas, empat belas," hitung Kancil.

Setelah sampai pada buaya yang ada di barisan terakhir maka ia pun melompat dan sampai di seberang sungai.

Sesampainya di seberwng sungai, Kancil pun mengucapkan terimakasih.

" Terimakasih telah membantuku menyeberang,"kata Kancil segera berlari kencang.

Para buaya pun saling berpandangan.

" Jadi kita hanya dijadikan jembatan? Kau telah menipu kami. Awas kau kanciiiil," teriak buaya paling besar.

(*)

Tags:

Berita Terkini