Karena banyak juga ibu-ibu yang merupakan pekerja membutuhkan penghasilan harian untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
"Lidah buaya ini dari kebun sendiri, awalnya mau dibuat aneka makanan, tapi beralih jadi hand-sanitizer.
Alhamdulillah pernah produksi sampai 700 liter per bulan," katanya.
Dari 700 liter itu setara dengan sebanyak 7.000 botol dengan harga satu botol Rp 10 ribu.
Hand sanitizer karya ibu-ibu Patra Asri ini sudah layak jual, dan hanya tinggal meminta ijin edar dari Propinsi.
Terkait strategi pemasaran, ia mengaku lebih banyak memanfaatkan melalui sosial media seperti Facebook dan instagram.
Bahkan ada pula para TKW diluar negeri seperti Hongkong yang menjadi reseller dan menjualnya kembali baik di luar atau di dalam negeri.
"Setiap Rabu kita titipkan ke agen di Hongkong yang pesan 10 botol," katanya.
Tak hanya memberdayakan ibu-ibu sekitar, Prapti juga adalah seorang pengajar kewirausahaan di sekolah paket B dan C di Cilacap.
Total siswanya sampai 600 orang dan dalam kesempatan itu dia selalu mengajarkan pembuatan hand sanitizer.
Usaha Jahe Merah sendiri yang diolah menjadi serbuk minuman, dan permen jahe, omsetnya sampai Rp 10 juta perbulan.
Salah seorang penikmat minuman Jahe Merah, Lusiana mengatakan rasa minuman jahe yang diproduksi ibu-ibu kelompok Patra Asri terasa lebih hangat dan alami.
"Rasanya hangat, dan lebih alami karena diproses dari Jahe Merah alami dan tidak banyak campuran.
Enak sekali di tenggorokan dan untuk meningkatkan daya tahan tubuh di kala pandemi ini," katanya.
Omset Rp 10 juta perbulan dari Jahe Merah berbeda jauh dengan usaha sebelumnya yaitu jamur tiram yang hanya menghasilan Rp 3-6 juta perbulan.