Apa Itu Dislesksia? Penyebab dan 5 Tipe Gangguan yang Dialami Penderita Disleksia
TRIBUNJATENG.COM - Apa itu disleksia? Berikut penyebab dan lima tipe gangguan yang dialami penderita disleksia.
Apa Itu Disleksia?
Disleksia adalah kesulitan belajar yang mengganggu kemampuan membaca dan menulis.
Disleksia melibatkan cara otak memproses simbol grafis dan suara kata-kata.
Kondisi ini biasanya mempengaruhi pengenalan kata, ejaan, dan kemampuan untuk mencocokkan huruf dengan suara.
Meskipun merupakan kondisi neurologis, disleksia tidak ada hubungannya dengan kecerdasan.
Disleksia adalah kondisi yang umum.
Beberapa ahli percaya bahwa 5-10 persen populasi manusia hidup dengan disleksia.
Penyebab disleksia terbagi menjadi dua, yakni faktor genetik dan cedera.
Secara faktor genetik, penderita disleksia mengalami kecacatan pada gen DCD2 sehingga mempengaruhi bagian otak
yaitu cerebrum yang berfungsi mengatur aktivitas berpikir dan bergerak.
Biasanya hal tersebut diwariskan dari anggota keluarga.
Penyebab lainnya adalah cedera yang dialami sang anak setelah dilahirkan, seperti trauma dan stroke.
Tipe disleksia ada lima, yakni:
1. Fonological dyslexia: kesulitan untuk menguraikan atau mengeja sebuah kata menjadi susunan huruf.
Orang dengan disleksia tipe ini sulit untuk menuliskan kata-kata yang didengar. Jenis ini juga dikenal dengan disleksia disfonetik atau disleksia pendengaran.
2. Surface dyslexia: kondisi yang ditandai dengan ketidakmampuan untuk mengenali kata demi kata sehingga kata-kata sulit diingat dan dipelajari.
Jenis gangguan belajar ini disebut juta dengan disleksia visual atau dyseidectic dyslexia.
3. Rapid naming deficit: kondisi yang ditandai dengan ketidakmampuan untuk menyebutkan angka maupun huruf yang dilihat.
4. Double deficit dyslexia: kondisi yang ditandai dengan ketidakmampuan untuk memisahkan suara untuk menyebutkan huruf dan angka.
5. Visual dyslexia: kondisi yang ditandai kesulitan untuk memaknai kata yang dilihat.
Gejala dan tanda yang ditunjukan bagi anak yang menderita disleksia adalah sebagai berikut.
1. Kesulitan belajar membaca
2. Kemampuan berbicara yang sangat lambat
3. Milestone tercapai lebih lama: anak disleksia dapat belajar merangkak, berjalan, berbicara, atau mengendarai sepeda seperti biasa, tetapi lebih lambat daripada anak lain seusianya.
4. Mengalami kesulitan koordinasi
5. Sulit konsentrasi dan mudah sakit
Penyakit disleksia tidak dapat disembuhkan, bahkan ketika anak tersebut menginjak usia dewasa ada yang tidak menyadari menderita disleksia.
Peran orangtua sangat berpengaruh terhadap penanganan anak yang menderita disleksia.
Orangtua harus cepat tanggap dan peka terhadap kondisi buah hati yang mulai menunjukkan gejala atau ciri gangguan sulit belajar ini sejak dini.
Hal ini dapat berimbas kepada kondisi psikologis anak yang ikut terbawa.
Anak bisa merasa depresi dan akan menurunkan kepercayaan diri serta sosialisasinya di lingkungan sekolah karena ketidakmampuannya tersebut.
Untuk pengobatan, tidak ada cara yang bisa mengobati ketidakmampuan belajar ini, karena pada dasarnya bukanlah suatu penyakit yang berbahaya.
Sama seperti autisme, disleksia tidak bisa disembuhkan. Orangtua bisa melakukan terapi atau metode untuk melatih anak bisa berlaku normal di masyarakat. (tribunjateng/non)