Tahap pertama pada 2020 lalu, Pemerintah Kota Semarang menggelontor anggaran sekitar Rp 3 miliar untuk pemasangan bronjong dan cerucuk bambu.
Kemudian, pembangunan dilanjutkan pada 2021 dengan anggaran Rp 1,5 miliar meliputi pembuatan jogging track, pagar keliling, dan dinding penahan tanah.
"Dinding penahan tanah itu di bawah jogging track, kami cor keliling," imbuhnya.
Selama dua tahun, pihaknya memang masih fokus penyelesaian fisik kolam.
Ke depan, dia berharap pembangunan bisa semakin disempurnakan agar bisa menjadi ruang publik.
DPU masih menyisakan lahan untuk area ruang terbuka hijau (RTH) di Kolam Retensi Dempel.
"Fungsi utamanya untuk pengendali banjir, namun di sisi lain pemerintah ingin menumbuhkan pariwisata baru, bertahap mengingat anggaran besar. Yang penting, konstruksi kolam retensi selesai.
Harapannya, banjir di wilayah sana bisa cepet surut," terangnya.
Hadirnya dua kolam retensi di Muktiharjo Kidul, menurutnya, mulai bisa mengatasi persoalan genangan.
Baca juga: Dua Pencuri Spesialis Curanmor di Banyumas Dibekuk, Ambil Motor yang Tidak Dikunci Stang
Baca juga: Viral Peserta Demo Arogan Naiki Maung Lodaya di Polda Jabar, Pas Diciduk Menangis Mohon Ampun
Hanya saja, belum begitu maksimal karena belum ada sisi konektivitas antarkolam retensi.
Jika delapan kolam retensi sudah dibangun harapannya bisa ada konektivitas antarkolam yang kemudian bisa dibuang ke saluran Tenggang.
"Saat ini memang posisinya belum bisa konek. Masing-masing masih untuk menampung wilayah sekitarnya," katanya. (*)