TRIBUNJATENG.COM, BLORA - Panen perdana kedelai varietas anjasmoro di Desa Jetakwanger, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Blora dihadiri Wakil Bupati Blora, Tri Yuli Setyowati, Kamis (3/2/2022).
Komoditas ini ditanam di lahan demplot seluas setengah hektare yang dikelola Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Wana Rahayu.
Ketua LMDH Wana Rahayu Kabupaten Blora, Widodo bersama anggota sudah memiliki pangsa pasar, yakni sebuah perusahaan dari Pati yang menyatakan siap menyerap hasil panen mereka.
Baca juga: Pantun Bupati Blora ke Tim Polda Jateng Bahas RS Bhayangkara: Ikan sepat, ikan gabus
Baca juga: 12 Tahun Tanpa Ada Pertunjukan Barongsai di Cepu Blora, Abuk: Kami Kesulitan Regenerasi Pemain
Baca juga: Saya Sebagai Penggugat Kok Malah Dihujat - Wanto Beberkan Fakta Dirinya Jadi Kadus Temuwoh Blora
Baca juga: Dugaan Camat Ngawen Blora Main Kotor Proses Seleksi Perangkat Desa: saya diberi uang suruh kalah
“Berdasarkan pengukuran secara ubinan, produksi kami per hektare rata-rata mencapai 1,56 ton," ucapnya kepada Tribunjateng.com, Kamis (3/2/2022).
Widodo berucap, panen kedelai varietas anjasmoro memiliki masa tanam sekira 90 hari.
"Namun, jika keseluruhan lahan yang ditanami kedelai ada 92 hektare, 20 hektare untuk pembibitan unggul dan sisanya untuk konsumsi,” ujarnya.
Dikatakannya, masih ada lahan seluas sekira 30 hektare yang rencananya pula akan ditanami tanaman buah-buahan.
“Semoga ada bantuan bibit dari Pemkab Blora."
"Ingin kami adalah bibit alpukat, mangga, atau pisang yang terbukti bisa tumbuh hingga berbuah."
"Kami ingin agar Desa Jetakwanger juga bisa menjadi pusat buah di Kabupaten Blora,” pungkasnya.
Menanggapi hal ini, Wakil Bupati Blora, Tri Yuli Setyowati mengapresiasi LMDH Wana Rahayu atas terobosan dengan mengembangkan tanaman kedelai.
“Saat panen, walaupun mayoritas sudah kering, tetapi bulirnya padat dan keras."
"Ini bagus dan kami sudah minta agar Dinas P4 Kabupaten Blora bisa melakukan pendampingan,” terangnya kepada Tribunjateng.com, Kamis (3/2/2022).
Adapun tentang usulan bibit tanaman alpukat, mangga, maupun pisang, pihaknya memiliki kolega yang dapat mencarikan komoditas alpukat untuk pemenuhan kebutuhan produksi perusahaan kuliner minuman.
Sehingga jika memang masyarakat Desa Jetakwanger berminat untuk mengembangkan alpukat, maka ini merupakan kesempatan baik.
“Kami akan dorong agar alpukat juga bisa dikembangkan di Kabupaten Blora."
"Daripada menanam waluh maupun tering yang harganya tidak seberapa."
"Silakan dibuat kelompoknya dan bisa disusun permohonan bibitnya ke Dinas P4 Kabupaten Blora,” jelasnya.
Menurutnya, saat ini Indonesia adalah penggila tempe yang berbahan dasar kacang kedelai.
Sehingga sangat cocok untuk dikembangkan menjadi tanaman pangan, selain padi dan jagung di Kabupaten Blora. (*)
Baca juga: Rencana Pembangunan Batang Selama Tiga Tahun Sudah Disusun, Ini Fokus Sasaran Bupati Wihaji
Baca juga: PLN Berangsur Pulihkan Gangguan Listrik Pasca Hujan Lebat di Yogyakarta
Baca juga: Bulan K3 Nasional, PLN Galakkan Budaya K3 Di Dalam Perusahaan
Baca juga: Wao! Festival Durian Gempolan Karanganyar Digelar Tiga Hari, Nilai Transaksi Capai Rp 2 Miliar