Program PINTAR

Sambangi Kendal, Tanoto Foundation Turut Perkuat Program Sekolah Humanis

Editor: abduh imanulhaq
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kendal menggelar seminar nasional bertajuk “Penguatan Sekolah Humanis di Kabupaten Kendal”, Kamis (3/2/2022).

TRIBUNJATENG.COM, KENDAL - Pemerintah Kabupaten Kendal melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan menggelar seminar nasional bertajuk “Penguatan Sekolah Humanis di Kabupaten Kendal”, Kamis (3/2/2022).

Kegiatan hybrid (luring dan daring) yang diselenggarakan di Pendopo Tumenggung Bahurekso ini tak hanya dihadiri ratusan guru se-Kabupaten Kendal dari jenjang TK hingga SMA/SMK sederajat.

Ada juga Ketua PGRI, korwil cabang dinas, pengawas, dan penilik sekolah.

Wahyu Yusuf Akhmadi, S.STP., M.Si., Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kendal mengatakan latar belakang penyelenggaraan kegiatan adalah treatment yang kurang tepat kepada peserta didik dalam pemberitaan beberapa media massa di nasional.

“Kami turut miris saat mengetahui masih ada praktik tindak kekerasan di sekolah. Bukan hanya fisik melainkan juga kekerasan verbal. Kegiatan ini sekaligus menjadi bentuk komitmen bersama untuk menyukseskan visi misi Kendal Handal, Unggul, Makmur, dan Berkeadilan,” ungkap Wahyu.

Penyelenggaraan seminar selaras dengan visi kedua, yakni Kendal Unggul melalui pemberdayaan sumber daya manusia.

Kemudian tagline Kabupaten Kendal tahun 2022, yaitu Kendal Recovery melalui pemulihan ekonomi dengan memberdayakan seluruh sumber daya, serta meningkatkan layanan pendidikan.

“Ada tiga dosa besar pendidikan, yaitu perundungan, kekerasan, dan intoleransi. Penampilan teatrikal anti-perundungan dari SMP N 4 Cepiring menjadi sedikit gambaran fakta yang masih terjadi. Oleh karena itu, hadirnya sekolah humanis menjadi ikhtiar bersama untuk memanusiakan manusia,” lanjut Wahyu.

Sebagai narasumber adalah Rahmatika Kurnia Romadhani, M.Si., psikolog klinis dari Universitas Negeri Yogyakarta.

Dalam kesempatan pemaparan materi terkait perundungan, ia mengatakan bahwa kondisi 50 persen dari 41 remaja usia 13-15 tahun di Indonesia telah mengalami cyberbullying.

Public figure dengan follower yang banyak pun dapat menjadi target bully.

“Dampaknya luar biasa. Mulai dari rasa kesepian, trauma, performa di bidang akademik menurun, depresi, bahkan keinginan bunuh diri. Dampak lain yang tidak disangka, salah satunya adalah berpotensinya korban untuk menjadi pelaku bullying suatu saat nanti,” ungkap dosen Prodi Psikologi UNY yang akrab disapa Nina itu.

Tingginya kasus perundungan menunjukkan bahwa tujuan pendidikan yang sebenarnya justru luput dari perhatian.

“Sekolah humanis menjadi jalan keluar permasalahan ini. sekolah bisa memulai dengan memberikan motivasi, menyusun tujuan dan strategi yang jelas, melibatkan banyak pihak dalam setiap kesempatan, memberikan ruang untuk siswa agar aktif belajar, dan terus memberikan kepedulian juga kehangatan,” lanjut Nina.

Program sekolah humanis tidak akan dapat terealisasi dengan baik tanpa kontribusi banyak pihak.

Halaman
12

Berita Terkini