"Saya lalu keluar, lihat ada atap-atap seng beterbangan di atas," ujar dia kepada Tribunjateng.com, Senin (21/2/2022).
Kepala Desa Tayu Kulon, Aries Junaidi mengatakan, mulanya, sekira pukul 12.00 hanya ada angin kecil tanpa hujan.
Lalu, setengah jam kemudian angin tiba-tiba bertiup kencang.
"Sebagian besar rumah yang ada galvalum, atap baja ringan, lepas."
"Yang rangka atapnya kayu, gentengnya lepas bertebaran," ujar dia kepada Tribunjateng.com, Senin (21/2/2022).
Aries berharap, masyarakat bisa ikhlas dan dengan penuh kesadaran bisa bahu-membahu saling membantu.
Kalakhar BPBD Kabupaten Pati, Martinus Budi Prasetya mengatakan, pihaknya langsung menerjunkan tenaga relawan ke lokasi bencana.
"Lengkap dengan alat gergaji mesin untuk membantu masyarakat membersihkan pohon tumbang,” ujar Budi kepada Tribunjateng.com, Senin (21/2/2022).
Menurut dia, pada puncak musim hujan ini, selain waspada banjir, masyarakat juga harus mewaspadai angin puting beliung.
“Menurut BMKG ini dampak fenomena La Nina."
"Selain banjir bandang, angin puting beliung harus diwaspadai,” ujar dia.
Menurut Budi, ada kearifan lokal masyarakat dahulu yang bisa diterapkan kembali untuk mengurangi fatalitas bencana angin rebut atau puting beliung, yakni menanam pohon bambu di batas-batas desa.
“Sifat bambu yang rimbun dan lentur membuatnya cukup kuat menahan angin."
"Tapi saat ini populasi tanaman bambu di batas-batas desa sudah berkurang,” tandas dia. (*)
Baca juga: Ini Data Update Corona di Salatiga, Kecamatan Argomulyo Masih Tertinggi, Ada 185 Kasus
Baca juga: Yuliyanto Serahkan Penghargaan Kepada Polres Salatiga, Karena Alasan Ini
Baca juga: Minyak Goreng Masih Susah Didapat, Contoh Fakta di Pasar Ngawen Blora Ini
Baca juga: Kondisi Terkini 6 Rumah Sakit Rujukan Pasien Covid-19 di Kendal - 87 Ruang Isolasi Sudah Terisi