"Curah nomor satu, bedanya warna lebih bening, gorengnya juga cepat kalau kualitas nomor satu," sambungnya.
Dengan kondisi ini, kini omsetnya turun hinga 50 persen lebih.
"Belum karena ada pandemi, virus omicron juga,"
Dirinya pun menceritakan keuntungan yang didapatnya selama menggeluti pekerjaan ini.
"Sebulan satu jutaan, masih kotor. Kalau bersih itu seratusan. Kalau modal awal dulu ribuan," paparnya.
"Modal produksi tiap harinya ada sekitar Rp 500 ribu lebih. Semula harga perbiji naik Rp 600, Rp 700. Kalau Rp 800 setelah harga minyak naik," imbuhnya.
Dia berharap agar minyak goreng kembali stabil normal dan tidak langka.
"Karenan bahan baku minyak goreng. Kalau nggak ada itu terpaksa libur mas," pungkasnya. (kim)