Selain melibatkan sejumlah pemadam kebakaran dari swasta, dalam simulasi tersebut juga melibatkan petugas dinas kesehatan setempat.
Kata Sulistiyanto, dalam penanganan kebakaran memang harus melibatkan berbagai pihak.
Misalnya saat ada korban dalam kejadian kebakaran, maka setelah korban berhasil dievakuasi harus mendapat pertolongan oleh tim medis.
"Untuk penanganan korban makanya kami linatkan PMI dan dinas kesehatan. Kemudian untuk pengamanan jalan agar akses pemadam kebakaran cepat kami libatkan dinas perhubungan dan kepolisian," kata dia.
Sulis mengatakan, dalam praktiknya ketika terjadi kebakaran yang paling pertama adalah berusaha memadamkan titik api menggunakan perangkat sederhana yang ada di kompleks gedung.
Untuk itu, kata dia, setiap gedung harus dilengkapi dengan alat pemadam api ringan atau apar. Baru ketika menggunakan apar tidak tertangani maka bisa segera langsung melaporkan kejadian kepada petugas pemadam kebakaran setempat.
"Pertama ditangani penghuni atau karyawan dengan apar. Karena setiap gedung harus ada apar, kalau tidak bisa baru menghubungi damkar," kata dia.
Adapun simulasi yang saat itu digelar untuk meningkatkan kualitas personel pemadam kebakaran. Lebih dari itu, simulasi bertujuan memberikan pemahaman kepada penghuni gedung bagaimana cara menyelamatkan diri saat kebakaran terjadi. (*)