Liputan Khusus

4 Titik Lokasi Rawan Kecelakaan di Batang, Jalur Alas Roban Hingga Tol di Atas Awan

Penulis: dina indriani
Editor: muslimah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sejumlah truk melintas di jalur lingkar Alas Roban Batang

TRIBUNJATENG.COM,BATANG - Kabupaten Batang, Jawa Tengah merupakan wilayah jalur pantai utara (pantura) yang mana menjadi jalan pelintas bagi pengendara yang hendak bepergian ke daerah utara pulau Jawa.

Menjadi jalur pelintas, ada sejumlah titik lokasi rawan kecelakaan atau menjadi jalur tengkorak di Kabupaten Batang.

Yang mana di titik tersebut banyak terjadi kecelakaan hingga memakan korban.

Berikut Tribunjateng.com rangkumkan beberapa lokasi rawan kecelakaan yang ada di Kabupaten Batang.

Baca juga: 2 Jalur Maut di Pati Paling Rawan Kecelakaan, Pengendara Was-was Tiap Lewat di Sini

Baca juga: 4 Titik Paling Rawan Kecelakaan di Banyumas, Ini Kesaksian Juru Parkir di Jalur Sokaraja-Purwokerto

1. Jalur Tengkorak Alas Roban

Alas Roban (Tribunnews)

Jalur alas roban mungkin sudah tidak asing lagi didengar, tak sedikit mitos, rumor dan cerita mistis yang beredar.

Jalur ini bernama jalan poncowati atau jalan sentul alas roban, jalan ini cukup berkelok-kelok, pengendara juga akan melewati tanjakan curam, tikungan tajam dengan jurang di beberapa sisi.

Pengemudi kendaraan niaga seperti truk bermuatan berat, harus ekstra waspada saat melintas di jalur tersebut.

Selain jalan poncowati, terdapat pula jalur utara dan lingkar selatan yang menjadi akses utama bagi kendaraan pribadi dan sepeda motor.

Meski lebih landai, namun jalur tersebut juga termasuk rawan kecelakaan beberapa kecelakaan beruntun pun terjadi.

Terakhir, delapan truk mengalami kecelakaan beruntun pada 27 November 2021 lalu.

2. Jalur Pantura Batang 

Jalur Pantura sering dijuluki dengan jalur tengkorak karena sepanjang jalan rawan terjadi kecelakaan.

Jalan aspal bergelombang parah, dengan tanjakan dan belokan menjadi momok tersendiri bagi pengendara.

Adapun beberapa titik rawan kecelakaan di antaranya di Jalan Jerakah Payung di Kecamatan Tulis, Kecamatan Subah, Kecamatan Plelen, serta Kecamatan Grinsing.

"Jadi titik rawan laka karena ruas jalan di wilayah tersebut banyak yang menanjak, menurun, dan tikungan tajam," tutur Kepala Dinas Perhubungan Batang, Murdiono.

Hal itu lantaran Kecamatan Subah atau dikenal jalur Cilubah ada dua tanjakan dan turunan yang cukup curam. 

Di Gringsing ada penyempitan lajur dari empat menjadi dua.

Kemungkinan kecelakaan kendaraan juga terjadi karena permukaan ruas jalan cenderung licin saat hujan turun. 

Serta Jalur Alas Roban menjadi pusat arus lalu lintas kendaraan truk, bus umum, pribadi dan sepeda motor serta minimnya lampu penerangan di sepanjang jalur pantura Batang.

3. Tol Batang - Semarang

Sejumlah kendaraan melintas di Tol Batang - Semarang (TribunJateng.com/Dina Indriani)

Tol Batang - Semarang ternyata tidak luput masuk kategori rawan kecelakaan.

Pada ruas Batang-Semarang, pernah terjadi 23 kali kecelakaan, 16 kali terjadi di jalur A, dan 7 kali di jalur B. 

Pada KM 365 sampai 375 jalur A paling sering terjadi yaitu lima kali atau 21,7 persen dari total kejadian.

Jalur itu juga masuk dalam pemetaan titik rawan kecelakaan oleh Kementerian Perhubungan (Kemenhub).

Titik rawan kecelakaan di ruas Tol Batang-Semarang ada di KM 340-380. Di sana merupakan titik lelah, lokasinya berada di tengah-tengah, antara Jakarta dan Surabaya

Sebab, sudah banyak kasus kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan beberapa korban jiwa meninggal dunia.

Selain berada di tengah tengah rute di ruas jalan tol di titik KM 340-380 itu memiliki kondisi lurus dan panjang.

Bnyak kecelakaan di KM 340-380 itu disebabkan karena faktor human error atau faktor pengemudi yang mengalami kelalahan hingga mengantuk. 

Sehingga, apabila pengemudi dalam keadaan lelah, maka akan mengalami mikrosleep, tidur sedetik dua detik tapi berbahaya.

4. Tol Khayangan Jalur Penghubung Batang - Dieng

Pemandangan laman di jalur Batang menuju Banjarnegara via Kecamatan Bawang atau yang sering disebut Tol di Atas Awan, beberapa waktu lalu. (Tribun Jateng/Mazka Hauzan Naufal)

Akses jalur alternatif penghubung Batang - Dieng menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat karena pada sepanjang jalan akan disuguhkan pemandangan pegunungan yang tentu memanjakan mata dan menjadi destinasi wisata baru.

Bahkan jalan tersebut dijuluki dengan tol khayangan atau tol di atas awan, yang mana pengendara seakan melintas di atas awan.

Namun, masyarakat belum banyak yang mengetahui bahwa jalan yang ditempuh cukup curam dan rawan sehingga menyebabkan terjadinya kecelakaan. 

Bahkan Dishub Batang mencatat belum genap satu tahun dibukanya akses tersebut sudah terjadi delapan kecelakaan yang memakan dua korban meninggal dunia.

Kepala Dishub Batang,  Murdiono mengatakan bahwa sebenarnya jalur alternatif Batang - Dieng difungsikan untuk akses perekonomian bukan untuk akses masyarakat. 

"Semula jalan di sana oleh DPU sendiri hanya untuk akses ekonomi, tapi malah jadi viral dan menjadi akses wisata dan destinasi wisata baru," tuturnya.

Dia mengakui bahwa akses di jalur tersebut memang rawan kondisi dan kontur tanah yang cukup curam. 

"Untuk wisata ya memang tidak direkomendasikan karena memang fungsi dan tujuan semula bukan untuk itu, bahkan tingkat kecuramanpun tidak diperhitungkan untuk akses wisata," ujarnya. 

Murdiono mengatakan untuk antisipasi yang dilakukan agar tidak terjadi kecelakaan adalah dengan memasang rambu-rambu lalu lintas.

"Bersama Satlantas kami sudah memasang rambu-rambu lalu lintas,  semoga bisa membantu agar tidak ada lagi kecelakaan yang terjadi," jelasnya. 

Dia juga mengimbau agar kendaraan matic dan kendaraan yang kurang laik tidak melewati jalur tersebut. 

"Banyaknya kecelakaan yang terjadi penyebab utamanya adalah kendaraan yang kurang laik, dan kendaraan matic karena meman kondisi jalan yang curam sehingga pengendara sulit untuk mengendalikannya, jadi lebih baik tidak melalui jalur itu," pungkasnya. (din)

Berita Terkini