TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Harga dan ketersediaan sejumlah komoditas pangan mulai dikhawatirkan masyarakat menjelang Ramadan dan Lebaran. Setelah minyak goreng yang masih banyak dikeluhkan, kini giliran gula kristal putih atau gula pasir menjadi perhatian.
Pasalnya, komoditas gula pasir saat ini mulai menghilang di pasaran, dan jika ada barangnya, harganya meningkat. Sejumlah peritel mengakui stok komoditas tersebut tidak bisa dipastikan.
Store Manager Swalayan Ada Setiabudi Banyumanik Semarang, Heryono mengatakan, jumlah pasokan baik minyak goreng maupun gula pasir cenderung tidak pasti akhir-akhir ini.
"Sembako yang masih agak belum pasti itu gula dan minyak goreng. Minyak goreng memang berangsur lebih baik, cuma yang gula belum bisa normal. HET gula dinaikkan dari Rp 12.500/kg menjadi Rp 13.500/kg, ternyata tidak bisa lancar," katanya, Kamis (24/3).
Menurut dia, ketidakpastian terkait dengan pasokan baik minyak goreng maupun gula pasir itu di luar dari biasanya yang bisa meminta jumlah pesanan kepada pemasok.
Sejak pasokan menipis, Hery, sapaannya, menuturkan, peritel kini hanya menunggu kabar dari pemasok terkait dengan ketersediaan pasokan. Jika pemasok memiliki ketersediaan, barulah peritel bisa melakukan pemesanan.
"Kami sekarang modelnya tidak bisa buka PO (pre order), terus nuntut dari suplier untuk memenuhi service levelnya, tidak bisa. Jadi sekarang tergantung dari supliernya, adanya berapa terus kami dikabari, baru bisa buka PO. Jadi kami tidak bisa minta harus segini, begitu tidak bisa," jelasnya.
Hery menyatakan, dengan pasokan yang cukup tersendat, supermarket tidak bisa menjual secara bebas kepada konsumen. Khususnya gula, pihaknya terpaksa melakukan pembatasan jumlah pembelian maksimal satu pcs berisi 2 kg. Sementara minyak goreng kini sudah tidak dibatasi lagi jumlah pembeliannya.
"Sekarang pembelian gula maksimal 2 kg/konsumen. Kalau minyak sudah tidak dibatasi. Minyak goreng standar sekarang yang 2 liter harganya Rp 46 ribu-Rp 48 ribu. Dulu penjualan terbesar yang refill 2 liter itu," tuturnya.
Panic buying
Untuk menjaga keamanan stok dari kemungkinan panic buying konsumen, Hery mengungkapkan, pihaknya mengeluarkan produk secara bertahap. Hal itu agar ada pemerataan bagi konsumen.
"Konsumen kami dari pagi sampai malam. Dengan jumlah yang terbatas, kami berusaha untuk bisa (melayani konsumen-Red) dari pagi sampai malam. Kami atur pengeluarannya, tidak bisa langsung pagi semua. Apalagi pas kemarin ada harga subsidi itu sampai ada yang bolak-balik datang, nah itu kami batasi biar merata," ungkapnya.
Pantauan Tribun Jateng di supermarket yang terletak di Jalan Siliwangi Semarang, Jumat (25/3), pembelian gula pasir kemasan 2 kg dibatasi satu pcs per konsumen. Adapun, display minyak goreng terlihat tersedia berbagai merek dengan berbagai harga tanpa batas pembelian.
Sementara, pantauan di beberapa minimarket Jalan Anjasmoro Semarang, di antaranya tampak tidak ada minyak goreng dan gula yang didisplay. Menurut karyawan di toko tersebut, minyak goreng dan gula sudah habis diburu pembeli.
"Minyak goreng dan gula kosong dari tadi pagi," kata satu karyawan.