Istri Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi itu mengatakan, yang dihadapi selama Pandemi ini tidak hanya masalah kesehatan, tetapi juga ada sosial, budaya, ekonomi bahkan angka kekerasan yang meningkat di samping juga peran ganda seorang ibu di tengah diberlakukannya sekolah daring.
Menurutnya, perempuan memiliki peran yang sangat besar dalam kebangkitan melawan pandemi utamanya di sisi domestik.
"Para ibu ini menyerahkan jiwa raga agar keluarga tetap sehat. Itu butuh perjuangan luar biasa.
Di tengah penurunan Covid-19 Kota Semarang di level 1 saat ini, perempuan berkontribusi luar biasa. Mereka selalu mengingatkan keluarga untuk patuh prokes," jelasnya.
Adapun di sektor ekonomi, Tia menyebutkan, perempuan memiliki peran besar dalam memulihkan perekonomian di Kota Semarang.
Hal itu terlihat dari dominasi pelaku UMKM yang merupakan para perempuan dan kini telah bangkit dari keterpurukan.
"Ekonomi untuk UMKM yang tadinya terpuruk ada loncatan, sebagian besar dari mereka adalah ibu-ibu.
Jumlah tahun 2021, ibu-ibu ini sekitar 4000-an dan bapak-bapak sekitar 1000 an.
Ini terjadi loncatan. Ibu-ibu yang awalnya berjualan tradisional, saat ini lbih melek terhadap teknologi," kata Tia.
Tuty Adib dalam kesempatan sama mengatakan, memang saat pandemi Covid-19 menerpa, banyak muncul permasalahan di tiga sektor UMKM yaitu fesyen, kuliner, dan kriya.
Namun, disebutkan, para perempuan ini kemudian segera bangkit dengan mengambil langkah untuk terus berinovasi.
"(Pandemi) seperti terjun bebas, semua merasakan hal sama: pelaku usaha fesyen tiba-tiba beralih usaha kuliner, karena waktu itu justru kuliner tetap jalan.
Beberapa tetap bertahan membuat inovasi sesuai kebutuhan di kala pandemi, pegawai yang ada yang di-PHK dan ada juga yang dikurangi jam kerjanya kemudian banting setir berjualan.
Di sana terlihat siapa yang kreatif dan yang tidak.
Alhamdulillah, ada insentif-insentif dari pemerintah.