TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Kota Semarang kembali selenggarakan Tadarus Komunikasi.
Tadarus komunikasi kali ini bertema Glorifikasi Kekerasan di Media Dalam Jaringan (Daring) pada Rabu (20/4/2022) secara daring dan luar jaringan (luring).
Latar belakang penyelenggaraan acara ini karena literasi media itu sangat penting untuk dipelajari.
Baca juga: Alasan Rangnick Kenapa Manchester United Tak Akan Lolos Liga Champions Musim Depan
Baca juga: Berikut 9 Titik Lokasi Pos Pengamanan Mudik Lebaran 2022 di Kota Tegal
Baca juga: Seniman Muda Berefleksi Hari Kartini
Di antaranya yaitu untuk menangani culture shock atau gegar budaya, untuk meningkatkan kompetensi mengangkses media, menciptakan komunikasi dalam berbagai bentuk, menangani kekacauan informasi yakni misinformasi dan disinformasi yang menimbulkan kerancuan di masyarakat.
Urgensi literasi media saat ini menjadi latarbelakang dilaksanakannya Tadarus Komunikasi kali ini dengan tema' Literasi Media dalam Menanggulangi Hoax'.
Materi yang berkaitan dengan tema Literasi Media dalam Menanggulangi Hoax ini disampaikan oleh Priska Nur Safitri, M.Sos., yang merupakan salah satu peneliti sekaligus sekretaris pada Penelitian dan Pengembangan dari Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo).
Materi Glorifikasi Kekerasan di Media Online ini disampaikan oleh Nilnan Ni’mah, M.Si., selaku dosen sekaligus Sekretaris Jurusan KPI UIN Walisongo Semarang.
Materi dari narasumber tersebut dimoderatori oleh Fitri, Dosen Literasi Media di KPI UIN Walisongo Semarang.
Sebagai pembuka, Fitri menggugah kesadaran manusia sebagai pengguna agar melindungi diri dari informasi hoaks dengan berpikir kritis.
"Jadi ketika kita menerima informasi, kita tidak langsung menyebarnya tetapi kita harus memvalidasi kan terlebih dahulu informasi tersebut apakah sudah relevan atau tidak dengan menerapkan kritikal thinkng. Misalnya informasi Covid-19,” ungkap Fitri
Ia menambahkan, pada tema Literasi Media dalam Menanggulangi Hoax, Priska Safitri fokus membahas 'Pentingnya Literasi Bermedia Sebagai Upaya Penangkal Hoax'.
Literasi media dianggap penting karena di era sekarang yaitu era disrupsi, dimana literasi media merupakan gerakan cakap digital yang merupakan sebuah momentum sekaligus mandat dari presiden Joko Widodo tentang transformasi digital
“Ada 5 arahan presiden untuk percepatan transformasi digital, di antaranya perluasan akses, peningkatan infastruktur digital, roadmap transformasi digital di sektor-sektor strategis, percepatan integrasi pusat data nasional, dan persiapan kebutuhan SDM (Sumber Daya Manusia, red) talenta digital,” ungkap Priska Safitri.
Selanjutnya pada tema Nilnan Ni’mah, M.Si., fokus membahas Pemberitaan Kekerasan di Media Online. Glorifikasi merupakan aksi melebih-lebihkan sesuatu sehingga terkesan luar biasa dan sempurna.
Ia mengatakan, masyarakat perlu mengetahui bahwa kekerasan di media massa adalah bentuk publikasi cetak,dan tayangan fisik, maupun verbal oleh media dimana tayangan menampilkan tulisan, aksi, dan ucapan yang berbau kekerasan.