Hal ini bukan berarti pelonggaran (relaksasi) melakukan apa saja sesuai kehendak. Tetapi justru kemenangan untuk menampakkan mencari jati diri atau hakekat hidup manusia yang sesungguhnya.
Kemenagan bukanlah kemewahan. Nabi Muhamad saw pernah menyampaikan,”Bahwa hari raya Idul Fitri bukanlah untuk mereka yang berpakaian serba dan mewah tapi Idul Fitri itu bagi mereka yang ketaatan dan kepatuhanya semakin meningkat”.
Hadis ini menunjukan bahwa islam adalah agama yang hanif yang tidak membutuhkan kehidupan hedonisme yang serba menggoda dan menakjubkan.
Oleh karena itu, meskipun hari kemenangan ini hanya dirayakan dengan sederhana tanpa berlebihan tapi nilai ibadah mereka bagus dan kuat, dan menjahui segala larang Allah swt itulah kemenagan yang sesungguhnya. Siapa yang mendapat tiket kemenangan atau al-faizin?
Pertama, orang yang sudah mengikuti latihan (training) secara jasmani dan rohaniah selama satu bulan. Mereka dituntut melakukan hal-hal yang baik dan penuh dengan kedisiplinan.
Dalam jasmani kita dididik untuk menahan nafsu yang bersumber dari perut dan seksual, dan rohaniah merupakan sentral untuk menahan hal-hal yang membedakan antara baik dan tidak baik dalam kehidupan.
Kedua, orang yang berhasil menggeser orientasi hidup yang sebelumnya sangat mempentingkan ego.Seperti, egoisme kelompok, golongan, politik, ekonomi, terasa masih dominan.
Menurut Martin Lings (1990) egoisme tersebut merupaka potret krisis kehidupan moderen dan sangat berbahaya (The Spiritual Crisis of the Modern World in the Light of Tradition Prophecy ) karena akan merugikan orang.
Dengan melaksanakan ibadah puasa bisa dilandasi iman dan taqwa, akan berubah menjadi peka dengan orang lain.
“ Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”.( QS.Al-Baqarah:183).
Bertaqwa adalah orang yang bertanggung jawab atas dirinya dan lingkunganya. Bagi seseorang yang dapat meniggalkan egoisme tersebut, merupakan pribadi yang paling berhak menyandang Idul Fitri.
Ketiga, kemenangan manusia sabar. Artinya hasil didikan puasa adalah mendidik manusia sabar, terpuji karena menunjukan konsistensi dalam hal ketaatan kepada Allah untuk menjalankan peintah dan menjahui segala larangan-Nya.
Nabi Muhamad saw, pernah menyampaikan “ Tidaklah seseorang diberikan pemberian yang lebih baik dan luas daripada sifat sabar. ”( HR Bukhari dan Muslim).
Sejarah umat manusia juga menginyaratkan bahwa kemenangan suatu bangsa juga dikarenakan sifat sabar dalam ikhtiar.
Selama dua tahun bangsa Indonesia sedang menghadapi ujian berat Covid-19, dan kini sudah ada tanda-tanda kehidupan kembali normal dengan diperbolehkanya beribadah secara di tempat masjid dan musala.