Sejarah

Tak Ingin Bernasib seperti Benitto Mussolini, Adolf Hiler Siapkan Kematiannya di Bunker

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pemimpin Nazi, Adolf Hitler.

Sebagian berusaha mengusir rasa waswas di kantin sembari dansa-dansi hingga sedemikian ribut suaranya.

Martin Borman, yang masih tinggal di bunker, berusaha menggunakan inisiatifnya sendiri untuk mencoba menjangkau Doenitz.

Maksudnya, jika ia lolos, dan perang bisa dibalikkan situasinya, maka ia punya cantolan lagi untuk bertahan di kekuasaan Jerman.

Malam berlalu dan pagi menjelang.

Suasana di tas bunker semakin buruk.

Tentara Rusia sudah berkeliaran di lapangan di dalam Reichstag.

Hitler menggelar konfrenesi militer hariannya, bersama Borman, Goebbels, dan Jenderal Krebs dan beberapa perwira yang tersisa.

Tidak ada lagi harapan dari hasil analisis militer.

Pertahanan kota sudah hancur, bantuan militer tidak bisa diharapkan lagi.

Hitler meneruskan santap siang pukul 14.30, didampingi Eva Braun dan dua sekretaris dan juru masaknya.

Saat bersamaan Erich Kempka, sopir pribadi Hitle rmenerima perintah menyiapkan 200 liter bensin.

Susah payah ia mencari, dan hanya dapat 180 liter.

Setelah makan siang berakhir, Hitler mengajak Eva Braun mengucapkan selamat tinggal pada semua orang di ruangan.

Istri Goebbels yang cantik, tidak Nampak.

Ia rupanya sedang menata hati, menguatkan mental, karena dalam posisi sulit harus membunuh enam anaknya yang masih kecil.

Ucapan selamat tinggal telah disampaikan Hitler dan istrinya.

Mereka berjalan bersisian menuju kamar pribadinya.

Pintu ditutup.

Beberapa detik kemudian, letusan revolver terdengar dari dalam kamar.

Hanya satu kali.

Mereka yang di luar menanti beberapa saat, menunggu letusan kedua jika ada.

Tapi itu tidak pernah terjadi.

Hanya ada kesunyian panjang.

Orang-orang lalu perlahan membuka pintu, masuk kamar dan mendapati jasad Hitler dan Eva Braun.

Tubuh Hitler telentang di sofa.

Kepalanya berlumuran darah. 

Hitler menembakkan revolver lewat mulut menembus kepalanya.

Sedangkan Eva Braun tergeletak di sampingnya.

Dua revolver tergeletak di lantai.

Eva Braun rupanya memilih menelan kapsul sianida.

Waktu menunjukkan pukul 15.30 waktu Berlin, tanggal 30 April 1945, 76 tahun dari hari ini, 30 April 2021.

Pelayan Hitler dan ajudannya, Heinz Linge, lalu mengangkat tubuh Hitler yang terbungkus selimut tentara.

Eva Braun, istri Adolf Hitler. (Tribunnews.com/Istimewa)

Kepala Hitler Rusak Akibat Tembakan 

Kepalanya yang rusak oleh tembakan, ditutup rapat.

Sementara Goebbels membopong tubuh Eva Braun yang bersih tanpa darah dan luka, kemudian diserahkan ke Kempka.

Mayat-mayat itu dibawa ke taman istana, saat tembakan Rusia mereda.

Jasad Hitler dan Braun ditempatkan di lubang bekas tembakan mortar.

Bensin dituangkan di atas tubuh-tubuh tak bernyawa, lalu dibakar.

Martin Borman dan Jozeph Goebbels mengambil posisi di dekat pintu masuk bunker.

Saat nyala api membesar dan membubung, mereka mengangkat tangan tinggi-tinggi, memberi salut dan hormat perpisahan ala Nazi.

Tak menunggu api mereda, rombongan kecil itu menghilang ke dalam bunker.

Api diharapkan menyelesaikan tugasnya, memusnahkan tubuh Hitler dan istrinya.

Bombardemen Rusia terus diarahkan ke Reichstag, bangunan besar nan megah yang jadi jantung Kerajaan Ketiga.

Kabar kematian Adolf Hitler, sang Fuehrer, belum tersiarkan secara publik.

Sekutu dan Rusia belum juga mengetahuinya. Berlin belum sepenuhnya jatuh. (*)

*) Cerita disarikan dari buku ‘The Last Days of Third Reich : William Shirer (1960)”

 

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Cara Adolf Hitler Bunuh Diri, Tak Ingin Tubuhnya Bernasib Seperti Mussolini

Baca juga: Sepak Terjang Miss Hitler hingga Dijatuhi Hukuman Tiga Tahun Penjara

Berita Terkini