TRIBUNJATENG.COM, KAJEN - Enam hari setelah merayakan lebaran Idul Fitri, di Desa Ambokembang GG 9, Kecamatan Kedungwuni, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah ada tradisi unik saat Syawalan. Nama tradisi ini yaitu Gebyar Syawalan Gethuk Lindri.
Pantauan Tribunjateng.com, Senin (9/5/2022) terlihat ribuan orang berdatangan dari berbagai daerah, berjejer untuk mendapatkan gethuk lindri yang dibagikan secara gratis kepada para pengunjung.
Mereka mengantre di depan meja gethuk lindri yang akan dibagikan. Rencananya gethuk tersebut akan direbutkan oleh warga sekitar pukul 08.00 WIB. Akan tetapi, sekitar pukul 07.30 WIB gethuk tersebut langsung diserbu oleh warga.
Baca juga: Ngalap Berkah, Ribuan Warga Padati Festival Lopis Raksasa Krapyak di Pekalongan
Baca juga: Cerita Mencekam Sasa yang Hampir Dijual ke Sopir Truk 300 Ribu, Kini Lapor ke Polisi
Kepala Desa Ambokembang Adi Atma mengatakan, bahwa perayaan grebek syawalan ini sempat vakum selama dua tahun yakni tahun 2020 sampai 2021 akibat adanya pandemi Covid-19.
"Pembuatan gethuk lindri terpanjang ini merupakan yang ke 12, dimulai sejak tahun 2012 dan sudah masuk dalam catatan Muri pada tahun 2018 sebagai pembuatan gethuk lindri terpanjang."
"Memang kita sempat vakum selama dua tahun, dan alhamdulillah tahun ini sudah digelar kembali kegiatan ini," kata Kades Amboekembang Adi Atma kepada Tribunjateng.com.
Gethuk tersebut dibuat dengan panjang 350 meter dan membentang dari depan Gang 9 Ambokembang sampai depan Ponpes Miftahul ulum.
Menurutnya, gethuk tersebut dibuat selama dua hari dengan menghabiskan dana sekitar Rp 20 juta hasil swadaya masyarakat.
"Proses pembuatan membutuhkan dua hari. Singkong 1,5 ton, kelapa 350 butir dan semua digiling secara detail dan alhamdulilah bentuk gethuk mulus."
"Prosesnya penggilingan membutuhkan waktu satu malam, yang terlibat dalam penggilingan getuk ini melibatkan satu RT atau sekitar 100 orang," ujarnya.
Pihaknya menambahkan, filosofi ini merupakan salah satu cara untuk mengangkat makanan makanan tradisional khas Jawa.
"Semoga dengan kegiatan ini, masyarakat kembali menghargai makanan khas tradisional yang selama ini mulai ditinggalkan. Nantinya, kita akan eksplor lagi makanan tradisional sehingga lebih banyak lagi makanan tradisional yang disajikan," tambahnya.
Sementara itu, Vila (29) warga asal Desa Proto, Kecamatan Kedungwuni mengaku senang dengan adanya grebek Syawal ini.
"Ini saya baru pertama kali, ikut ke acara grebeg Syawalan Gethuk Lindri rasanya senang sekali. Alhamdulillah, saya pas berdiri di depan meja getuk Lindri jadi tidak rebutan kayak warga lain. Pokokee seneng banget lah" katanya.
Ia sudah datang dari pagi untuk mendapatkan gethuk lindri yang dibagikan panitia secara cuma-cuma.