"Saya itu bingung dari awal dinyatakan berangkat haji, ternyata harus ikut program-program, seperti manasik haji. Otomatis saya harus ke sana sama suami, tapi tuh ga ada ongkos ke sana, bekal makan selama di sana," ungkapnya.
Icih mengatakan, saat ia dan suaminya mengikuti manasik haji, keduanya tak membawa bekal sama sekali.
"Waktu di sana juga ditanya, ada bekal berapa untuk naik haji, kata saya gak ada sama sekali. Saya bingung. Uang sudah habis semua untuk biaya haji," tuturnya.
Di kala kegundahan melanda, pasangan tersebut mendapat sepercik harapan karena mendapat bantuan dari Bupati Majalengka Karna Sobahi.
"Ya, alhamdulillah, ya, Allah, dapat bantuan dari Bupati. Senang sekali pastinya, jadi bisa bekal buat haji buat makan, minum di sana," jelasnya.
Tukang becak asal Sampang naik haji
Potret perjuangan tukang becak naik haji juga dialami Holili Addrae Sae.
Pria asal Kabupaten Sampang, Jawa Timur, ini mengaku harus berjerih payah demi menabung untuk menunaikan rukun Islam yang kelima itu.
Uang yang diperolehnya dari mengayuh becak, dikumpulkan sedikit demi sedikit.
Uang yang terkumpul itu dipakai untuk biaya haji dirinya dan sang istri, Busideh.
"Sehari kadang mendapat Rp 30.000 sampai Rp 50.000, kadang juga tidak mendapat apa-apa," bebernya kepada Kompas.com di Asrama Haji Surabaya, Jawa Timur, Kamis (16/6/2022).
Selain menarik becak, Holili juga menjadi kuli angkut di pelabuhan yang tak jauh dari rumahnya.
Hasil banting tulang Holili itu kemudian dibelikan emas.
Tujuannya, supaya tabungan itu tersimpan dengan baik.
Pada 2011, sang istri mendapat arisan.