TRIBUNJATENG.COM, JEPARA - Rulli Krisnawan sudah lama memiliki bayangan bisa memasang energi alternatif tenaga surya.
Energi itu, kata dia, bisa menghemat pengeluaraan ongkos biasa listrik di rumahnya.
Tak dinyana harapan itu terkabulkan pada awal 2022. Sekira enam bulan ini, ia merasakan manfaat bantuan Pembangkit Listrik Tenaga Surya. Bantuan itu diberikan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Ada delapan pelaku usaha yang menerima bantuan itu. Rulli salah satu penerimanya.
Pria 46 tahun itu mengungkapkan, listrik menjadi kebutuhan primer dalam bisnis mebel. Tanpa listrik, proses produksi mebel bisa berhenti. Pasalnya, listrik digunakan untuk menggerakkan bermacam-macam mesin, seperti mesin pemotong atau penghalus kayu.
Menurutnya, biaya listrik termasuk pengeluaran terbesar dalam ongkos produksi mebel. Ongkos paling besar dikeluarkan untuk pembelian bahan. Kemudian pembayaran tenaga kerja. Dan yang terakhir pembayaran listrik.
Tapi kini setelah tenaga surya mengalir di tempat usahanya, Rulli bisa sedikit memangkas ongkos produksi.
"Dulu dalam sebulan biaya listrik bisa mencapai Rp 500-600 ribu. Tapi kini hanya Rp 200-300 ribu," kata pemilik Bumi Hijau Java Etnik itu kepada tribunmuria.com, Kamis (30/6/2022).
Dia mengakui keberadaan tenaga surya itu bisa memangkas sekira 50 persen ongkos biaya listrik. Hal itu secara otomatis bisa menambah keuntungan penjualan mebelnya.
Hal yang sama juga dirasakan Kartono (56). Pemilik usaha Ega Jati itu mengakui keberadaan bantuan tenaga surya ini sangat membantunya. Ongkos produksi mebel bisa terpangkas.
Pengrajin relief itu menuturkan, selama 12 tahun berkecimpung di bisnis mebel, baru kali bisa
menekan biaya listrik saat ini. Pasalnya, seiring berjalan waktu, harga bahan naik dan ongkos tenaga kerja juga lambat laun naik. Tapi hal berbeda ia rasakan sejak mendapat manfaat PLTS.
"Sebulan biaya listrik Rp100 ribu. Biasanya dulu Rp 200 ribu," bebernya.
Secara terpisah, Ketua Koperasi Industri dan Kerajinan (Kopinkra) Desa Senenan, Sutrisno menceritakan, bantuan PLTS diproses pada pertengahan 2021 lalu. Awal 2022 PLTS itu sudah bisa dimanfaatkan. Ada delapan pelaku usaha mebel yang tergabung dalam Kopinkra menerima bantuan tersebut. Jumlah penerima bantuan itu sesuai dengan kuota yang tersedia. Selain itu juga, kata dia, penerima bantuan itu ditujukan kepada pelaku usaha yang memiliki daya listrik minimal 2200 VA.
Sutrisno tidak termasuk dalam penerima bantuan tersebut. Sebagai ketua koperasi, ia memilih mendahulukan anggotanya yang menerima bantuan tersebut.
"Kalau ketuanya dapat duluan nanti malah jadi kecemburuan sosial," ujarnya santai.