TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG- Tribun Topik kali ini menghadirkan Founder Koperasi Simpan Pinjam Sahabat Bintang Mandiri (KSP SBM) Bintang Susanto Wahyudi.
Pada kesempatan ini, Bintang berbagi kisah terkait kesuksesannya mendirikan KSP SBM hingga kini memiliki empat kantor, yakni di jalan Kanal Peterongan Semarang (kantor pusat), jalan MT Haryono Semarang, Ruko Ivy Park BSB Boulevard Mijen, dan jalan Jenderal Sudirman nomor 60, Bugel, Kecamatan Godong, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah.
Sekilas cerita, dia awalnya merupakan karyawan yang juga sudah punya usaha sampingan jualan pulsa dan handphone.
Kemudian beberapa sahabatnya ingin membeli handphone di tempatnya namun membayarnya dengan cara mengangsur. Setelah dicoba-coba, akhirnya semakin banyak teman-temannya yang kemudian kredit HP kepada Bintang. Lama-kelamaan, usaha sampingannya itu semakin besar.
Lengkap cerita, perbincangan dan tanya jawab dalam Tribun Topik dipandu oleh host Tribun Jateng, Ruth Novita di studio Tribun Jateng.
Video Tribun Topik telah tayang di media sosial Tribun Jateng, dan kali ini disajikan kepada pembaca, yang ditranskrip oleh wartawan Idayatul Rohmah.
Berikut petikan wawancaranya.
Halo selamat pagi, Pak Bintang? Boleh sapa Tribunners terlebih dahulu, Bapak?
Selamat pagi, apa kabar semuanya, tetap semangat ya.
Untuk memulai bincang-bincang Bapak. KSP SBM ini sudah berdiri sejak kapan, Bapak? Kemudian visi misi apa saja yang ada di KSP SBM ini?
KSP SBM berdiri sejak tahun 2016. Awalnya dulu itu saya karyawan, Mbak, seperti itu. Namun saya punya kesibukan lain, ya. Saya punya usaha sampingan yaitu jualan pulsa, jualan handphone.
Nah pada saat itu temen-temen saya juga masih seumuran. Anak muda sekitar umur 20-an, mereka secara keuangan juga masih belum settle ya.
Jadi artinya mereka beli handphone kadang nggak punya duit cash, seperti itu. Pada waktu itu teman-teman tanya ke saya, kalau saya beli handphone di tempatmu bayarnya mengangsur bisa nggak?
Pada saat itu saya juga bingung, dikasih nggak ya? Kalau dikasih nanti kalau nggak nggak bayar gimana? Cuma pada saat itu saya berpikir "ah, coba lah kalau nggak dicoba kan nggak tahu". Ya sudah saya coba, saya beranikan diri.
Dari beli pulsa dalam satu bulan mereka misal seminggu isi 2 kali Rp 50 ribu, Rp ribu bayarnya nanti setelah gajian, seperti itu. Untuk handphone juga sama, mereka cicil jadi 12 kali.