Universitas Terbuka Semarang

Piatu Anak Tukang Cat Jadi Wisudawan Terbaik UT Semarang

Penulis: Abduh Imanulhaq
Editor: galih permadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Wisuda Universitas Terbuka Semarang

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Adalah Faricha, alumnus Universitas Terbuka (UT) Semarang yang berhasil meraih Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) tertinggi saat wisuda beberapa waktu yang lalu.

Faricha yang sudah ditinggal ibunya dua tahun silam, merasakan ada tantangan tersendiri dalam menyelesaikan studinya di UT.

“Ketika ibu saya meninggal,  saya sedang ikut bimbingan praktik pengajaran melalui tutorial webinar.

Jadi saya lagi nggak di rumah, karena saya butuh sinyal internet yang bagus dan stabil.

Akhirnya, saya memutuskan pergi ke arah agak kota,” kenang Faricha saat itu. 

Upaya Faricha kini tidak sia-sia.

Ketika wisuda dilangsungkan, ia berhasil lulus Program Studi PGSD dengan meraih IPK 3,69.

Walau sambil kerja, saya kuliah dengan semangat tinggi karena saya selalu  teringat pesan almarhumah agar terus  mempertahankan prestasinya hingga ujung masa studi.

Sebagai anak tukang cat, alumni SMAN 1 Pegandon Kabupaten Kendal ini berniat meraih jenjang pekerjaan yang lebih baik.

“Saya juga dapat dukungan semangat belajar dari teman kelas ketika ibu saya wafat.

Mereka sangat membantu saya, dalam menyemangati situasi belajar yang sempat drop,” ujar perempuan kelahiran September 1995 ini. 

Pada program “non guru”, ada Indah Lestari yang tercatat sebagai lulusan terbaik mewakili Fakultas Ekonomi.

Perempuan kelahiran Pati  Desember 1997 ini, sanggup menyelesaikan studi Akuntansi di UT dengan cara yang relatif unik. 

Anak ke bungsu dari tiga bersaudara, pasangan Parkam dan Jumiati ini mengakui bahwa layanan tutorial online (tuton) di UT benar-benar membantu saya.

“Buat saya, tuton itu sangat fleksibel. Saya biasa mengerjakan di malam hari sepulang kerja, sehingga  membebaskan saya dari kejaran waktu yang sangat ketat,” ujar Indah yang sudah ditinggal wafat ayahnya sejak 2 tahun lalu karena sakit. 

Ibunya yang bekerja sebagai petani padi dan palawija, tidak banyak menuntut pada dirinya.

“Ibu saya pejuang hebat, tapi beliau tidak memaksa saya harus lulus sekian tahun. Nggak, nggak ada itu.

Cuma saya sendiri yang sadar diri. Saya ingin banget mengubah kondisi keluarga saya,” Indah menunduk dan menitikkan air mata.

Sebagai karyawan bidang keuangan dan pajak di sebuah perusahaa swasta, Indah mengaku harus selalu siap mendapat tugas apapun di sini, walaupun sebelumnya ia bekerja di lingkungan yang benar-benar berbeda dari yang sekarang, yaitu di lembaga  pendidikan.

Inilah yang menjadikannya semangat untuk terus belajar dan maju.

“Tapi saya nggak bisa nerusin bisnis almarhum ayah saya. Beliau pedagang kayu yang lumayan sukses di sini. Tapi saya nggak paham kayu. Mungkin calon suami saya nanti – nggak tahu siapa – yang bisa nerusin bisnis ini,” Indah mulai bisa tertawa cair.

Ada Faricha, ada Indah, ada pula Silfi. Gadis dengan nama lengkap Silfia Nurul Farahdina ini berhasil meraih predikat lulusan terbaik pada jenjang Program Magister Manajemen, bidang minat Sumber Daya Manusia. 

Perempuan kelahiran  September 1995 ini bekerja di Jatraland sejak tahun 2020.

Raihan IPK Silfi adalah 3,93 yang ia selesaikan selama 5 semester.

Anak yatim yang dibimbing penuh secara online oleh 2 pembimbing terkemuka ini mengakui bahwa dirinya merasa bahagia bisa menyelesaikan studi Pasacasarjana di UT relatif tepat waktu.

“Pembimbingnya juga welcome, sangat cepat dalam memberikan arahan, dan nggak rumit.

Makanya saya juga mendorong teman-teman kerja dan alumni S1 biar mereka juga kuliah S2-nya di sini saja. Cepat dan nggak ngrepotin kerjaan,” ujarnya. 

Salah satu pembimbingnya, Mirwan Surya Perdhana, Ph.D., adalah dosen Undip yang menurutnya sangat komunikatif, selalu memberikan masukan yang konstruktif.

“Ketika ujian sidang, beliau juga sangat mendukung, saya suka itu”. (*) 

Berita Terkini