Berita Semarang

Inilah Pemuda Inspiratif Asal Semarang, Ekky Lulusan Unnes Jadi Pengrajin Wayang, Tertarik Sejak SD

Editor: deni setiawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ekky, anak muda pengrajin wayang kulit yang eksis di Kota Semarang, Rabu (10/8/2022).

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Apakah saat ini kamu masih mengenal tokoh-tokoh pewayangan?

Atau senang menonton pertunjukan wayang kulit?

Bisa dipastikan, tak akan banyak, utamanya para kawula muda di zaman milenial seperti saat ini yang masih gemar menonton wayang kulit.

Sehingga, bila ada, hal tersebut patut diacungi jempol.

Salah satunya yang patut diapresiasi adalah Putranda Ekky Pradana.

Baca juga: Ditarget Rampung Dua Pekan, 25 Ribu Nakes Kota Semarang Disuntik Vaksin Booster Kedua

Di era saat ini, memang tidak banyak anak muda yang eksis melestarikan budaya Jawa, seperti wayang kulit.

Namun, seorang pemuda asal Semarang, Putranda Ekky Pradana memilih menjadi perajin wayang kulit sebagai jalan tengah untuk mendapat penghasilan.

Ekky, sapaan akrabnya menceritakan, mulai tertarik dengan dunia pewayangan saat dirinya masih duduk di bangku sekolah dasar (SD).

Semasa kecil, pemuda lulusan Universitas Negeri Semarang (Unnes) Jurusan Pendidikan dan Sastra Jawa itu sering menonton pertunjukan wayang bersama kakek ataupun ayahnya.

Tidak hanya itu, Ekky juga kerap membeli wayang sebagai koleksi barang di rumah.

“Dulu pengen punya wayang, tapi harus nunggu ada pertunjukan dulu."

"Anak kecil kan kalau suka pengen beli terus."

"Daripada menghabiskan uang, ya sudah coba bikin,” tutur Ekky seperti dilansir dari Kompas.com, Kamis (11/8/2022).

Berawal dari situ, Ekky menumpahkan keinginannya membuat wayang dari bahan kardus ataupun kertas karton.

Baca juga: Tiap Siswa Wajib Bawa Seliter Air ke Sekolah, SDN di Bringin Semarang Ini Terdampak Kekeringan

Seiring berjalannya waktu, saat duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP), Ekky mulai mengenal wayang kulit melalui Sanggar Sobokartti Semarang.

“Dulu masih ada komunitas perajin wayang juga di Semarang, jadi bisa tanya-tanya."

"Karena awalnya memang suka, saya menggali terus,” ujar Ekky.

Hingga pada 2014, Ekky mulai berani membuat wayang dengan bahan kulit asli.

Dirinya mampu membuat seluruh bagian wayang dengan cara manual.

Artinya, tidak memakai mesin apapun.

Dengan itu, Ekky harus memperhatikan sejumlah hal sebelum membuat wayang kulit.

Pertama, dirinya membuat pola wayang di atas kertas.

Setelah itu, barulah kulit kerbau dipotong sesuai pola wayang.

“Sebenarnya ada beberapa opsi pilihan, ada kulit sapi, kambing, atau kerbau."

"Kalau di pedhalangan, kulit yang benar-benar teruji itu ya kulit kerbau,” ungkap lulusan Unnes itu.

Ekky menuturkan, kulit yang sudah berpola itu lantas dipahat manual dengan alat pahat.

Tidak berhenti di situ, pahatan wayang kulit tersebut kemudian diwarnai menggunakan cat pigmen, ditambah motif ukiran dengan spidol khusus.

Menariknya, setiap wayang yang diproduksi Ekky memiliki kreasi motif ataupun warna yang berbeda-beda.

Lebih unik lagi, dirinya juga menambahkan potongan-potongan emas di beberapa bagian wayang.

“Kalau yang emas ini bisa diganti dengan kertas foil, tergantung pesanan."

"Setelah selesai, baru digabungkan dengan tuding (pegangangan wayang) dari tanduk kerbau,” kata Ekky.  

Baca juga: Tren Kekerasan Terhadap Anak dan Perempuan Masih Tinggi, Problem Serius di Kabupaten Semarang

Baca juga: Kecelakaan Tunggal di Semarang, Pemotor Terjatuh dari Flyover Tanjung Emas, Luka Bagian Perut

Harga Jutaan Rupiah

Wayang yang diproduksi Ekky memiliki kualitas yang tidak sembarangan.

Harga wayang kulit yang ditawarkannya berkisar dari angka Rp 750.000 hingga jutaan Rupiah.

“Tergantung tingkat kesulitan membuat, tokoh, besar kecilnya."

"Kalau yang kecil bisa selesai 1-2 minggu."

"Kalau yang besar seperti gunungan bisa 3 mingguan, paling lama 1 bulan,” kata anak sulung dari dua bersaudara itu.

Kendati demikian, Ekky menuturkan, pesanan wayang kulit di sanggar miliknya itu telah menyebar di beberapa daerah di Jawa.

"Jawa Timur, Yogyakarta, Jawa Barat, kalau Semarang malah jarang," ujar Ekky.

Ekky memasarkan wayang kulitnya dengan memanfaatkan sosial media.

Ekky berharap, generasi muda saat ini bisa lebih menghargai dan melestarikan budaya Jawa, terutama wayang kulit.

"Walaupun sudah hampir diabaikan, setidaknya generasi muda bisa tetap mencintai budaya asli Indonesia," pungkas dia. (*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah Ekky, Anak Muda Pengrajin Wayang Kulit yang Eksis di Kota Semarang"

Baca juga: Bima Sakti Kok Minta Maaf, Padahal Timnas Indonesia Lolos Final Piala AFF U16 2022

Baca juga: Javier Roca Bakal Nyusul Robert Rene Alberts? Rumor Pelatih Persik Kediri Undur Diri

Baca juga: Warga Desa Pasir Demak Geger! Ada Mayat Wanita Dibungkus Kardus, Pencari Rumput Cium Bau Menyengat

Baca juga: Kata Robert Rene Alberts Tinggalkan Persib Bandung, Apakah Karena Bobotoh?

Berita Terkini