TRIBUNJATENG.COM, UNGARAN - Tempat pembuangan akhir (TPA) Blondo, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah dilaporkan telah melebihi kapasitas.
Dari penelusuran Tribunjateng.com sejumlah pekerja tengah mengambil sampah untuk nantinya mereka jual di lokasi TPA, Minggu (18/9/2022).
Menurut penuturan pekerja, Sanding (61), sampah di sana memang sudah terlalu banyak.
Meskipun demikian, menurutnya, untuk lahan luasan sekitar lima hektare tersebut masih memungkinkan atau terbilang masih aman sebagai penampuangan sampah.
“Kalau dari penglihatan atau sudut pandang saya, tanahnya masih cukup jadi sepertinya belum terlalu penuh.
Biasanya truk-truk sampah datang ke sini pada malam hari, sore hari juga,” ujar pria yang telah bekerja memilah sampah untuk dijual itu sejak 2011 lalu.
Menurut Rusiem (60), rata-rata mendapatkan penghasilan sebanyak Rp 20 ribu per hari dari menjual sampah seberat sekitar 50-60 kilogram.
Menurutnya, sampah-sampah di sana masih belum terlalu banyak atau melebihi kapasitas.
Sementara itu, Pemkab Semarang sendiri tengah berupaya untuk mengurangi datangnya sampah ke TPA tersebut.
Hal itu lantaran berdasarkan informasi yang diterima, sebanyak sekitar 130 ton sampah masuk ke TPA Blondo tiap harinya.
Jika sampah sebanyak itu masih datang dengan jumlah yang sama atau bertambah ke depannya, dikhawatirkan TPA Blondo akan benar-benar over atau melebihi kapasitas.
Kondisi itu tentunya mengharuskan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Semarang untuk mencari solusi agar seluruh sampah yang dihasilkan di Kabupaten Semarang dapat dikelola dengan baik.
Menurut penuturan Bupati Semarang, Ngesti Nugraha, satu di antara caranya yakni dengan menggalakkan kembali Tempat Pembuangan Sampah (TPS) Reduce Reuse Recycle (3R) di masing-masing kecamatan.
Ia menginginkan, sampah yang dihasilkan oleh masyarakat hendaknya bisa dipilah terlebih dahulu di TPS 3R sebelum akhirnya dibawa ke TPA Blondo.
Menurutnya, tujuannya untuk membatasi jumlah sampah agar tidak semakin over kapasitas.
"Melalui TPS 3R, sampah organik, non organik dan sampah tak terurai seperti besi, seng dan kaca bisa dipilah-pilah.
Yang organik dan non organik bisa diolah, sementara yang tidak terurai baru masuk ke TPA Blondo," ujarnya kepada Tribunjateng.com di Ungaran, Rabu (14/9/2022) lalu.
Ngesti berharap, jumlah sampah yang masuk ke TPA Blondo hanya 20 persen saja dan sisanya telah tersaring di TPS 3R.
Ia menargetkan di setiap kecamatan minimal terdapat dua TPS 3R.
"Program ini sudah jalan, harapannya bisa dilakukan di 19 kecamatan yang ada," imbuhnya.
Upaya yang lain untuk mengurangi sampah di TPA Blondo, lanjut Ngesti, saat ini sudah mulai dilakukan uji coba budidaya maggot atau larva lalat lantaran sampah organik di kawasan tersebut cukup banyak.
“Sehingga bisa dimanfaatkan untuk sarana budidaya larva lalat tersebut bagi kebutuhan pakan unggas dan ikan di Kabupaten Semarang. Maggot itu yang akan dimanfaatkan sebagai bahan pakan tersebut.
Kebutuhan pakan ayam, bebek dan ikan di Kabupaten Semarang cukup tinggi," katanya.
Ngesti mengimbau masyarakat untuk bisa mengelola sampah dengan baik, terutama sampah yang dihasilkan oleh rumah tangga.
"Mari bersama-sama memilah sampah dari rumah," jelas dia.
"Jangan dibuang ke sungai dan selokan. Masukkan ke TPS 3R, sisanya baru didistribusikan ke TPA Blondo," pungkasnya. (*)