Adapun proses produksi ada dua metode, untuk metode pertama, awalnya bulu ayam dikeringkan terlebih dahulu, kemudian dicuci, dan dikeringkan lagi.
Proses selanjutnya setelah dikeringkan, bulu ayam difermentasi menggunakan bakteri, dan selanjutnya langsung masuk proses penggilingan.
Pada saat digiling, bahan bulu ayam dicampur dengan dedek atau bekatul padi. Kemudian dicetak menyerupai bentuk butir-butir beras namun ukuran lebih besar.
Metode kedua, bulu ayam yang sudah dicuci bersih diungkep menggunakan alat sampai hancur supaya lebih mudah dicerna oleh hewan ternak.
Lamanya proses produksi mulai mencari bulu ayam, mencuci, mengeringkan, sampai siap jual, menurut Dika paling tidak membutuhkan waktu sampai sebulan dan menghasilkan dua kuintal.
Karena jumlah mesin masih terbatas, maka untuk sebulan Dika baru menghasilkan sekitar 2 kuintal pakan ternak.
Semisal mesinnya sudah besar atau lebih banyak, maka bisa menghasilkan sampai ber ton-ton.
"Harga jual kami tetap menyesuaikan harga pasar, yaitu Rp 8 ribu-Rp 10 ribu. Tapi biasanya ya sesuai pesanan pembeli, karena kami sistemnya pre-order (PO)," ujarnya.
Tidak hanya menjual pakan ternak dari bahan dasar bulu ayam yang lebih bergizi, Dika juga menjual bibit anggur impor berbagai varian.
Kurang lebih ada 27 jenis bibit anggur yang ia kembangkan sendiri untuk kemudian dijual ke masyarakat.
Varian bibit anggur yang dijual oleh Dika diantaranya anggur jupiter, transfuguration, veles, oscar, akademik, banana, everest, dobosky pink, moodrop, CRV, dan lain-lain.
Untuk pemasaran bibit anggur impor ini, masih sekitar Tegal, Pemalang, dan Brebes.
"Harga jual satu bibit anggur usia tiga bulan yang saya tawarkan untuk umum Rp 150 ribu. Nanti saya kasih gratis konsultasi sampai bisa berbuah," pungkasnya. (*)