TRIBUNMURIA.COM, KUDUS - Ancaman krisis iklim sudah di depan mata, buktinya saat ini angka kenaikan suhu permukaan bumi mencapai antara 1,1 sampai 1,2 derajat celsius dan jangan sampai melebihi 1,5 derajat celsius.
Hal itu disampaikan oleh Ketua Jaringan Ahli Perubahan Iklim dan Kehutanan Indonesia, Mahawan Karuniasa, dalam talkshow penanaman pohon sebagai tindakan nyata untuk pengendalian perubahan iklim di Djarum Oasis Kudus, Rabu (23/11/2022).
Mahawan mengatan, dalam menghadapi ancaman katastrofe iklim perlu kapasitas baik individu maupun institusi, sebab saat ini sesuai apa yang diumumkan oleh PBB kondisinya sudah krisis.
Mahawan menjelaskan, titik awal perubahan iklim ini dimulai sejak revolusi industri. Saat itu angkanya suhu permukaan bumi nol, seiring berjalannya waktu kini telah meningkat secara global rata-rata antara 1,1 sampai 1,2 derajat celsius.
"Artinya tidak boleh melampaui 1,5 derajat celsius kalau naiknya lebih dari itu wassalam. Kehidupan kita, lingkungan, akan terdampak luar biasa. Misalnya produktivitas tanaman menurun, harga kebutuhan naik, migrasi karena banjir," kata lelaki yang juga sebagai pengajar ilmu lingkungan di Universitas Indonesia.
Mahawan mengatakan, agar suhu permukaan bumi tidak melampaui 1,5 derajat celsius emisi karbon tidak boleh lebih dari 33 giga ton kabon dioksida pada 2030. Untuk itu saat ini masih ada waktu kisaran 8 tahun.
Di antara upaya mencegah ancaman perubahan iklim melakukan gerakan secara masif penanaman pohon. Begitu juga industri terlibat dalam berkomitmen mengembangkan industri hijau.
Untuk itu, katanya, pemahaman masyarakat mengenai jenis-jenis pohon yang dapat menyerap banyak emisi dan sesuai kondisi ekosistem setempat misalnya mangrove dan trembesi harus tetap disebarluaskan.
"Sehingga tidak hanya banyaknya aksi penanaman pohon saja yang diperlukan, tetapi memahami bibit berkualitas dan proses pemeliharaannya juga merupakan hal yang penting dalam upaya penanganan dampak perubahan iklim," ujar Karuniasa.
Sementara itu Executive Coach & Mentor for Climate & Sustainability Actions, Amanda Katili Niode, mengatakan, pentingnya keterlibatan aktif generasi muda dalam berbagai upaya mengkampanyekan percepatan penanggulangan perubahan iklim, utamanya dengan berjejaring bersama komunitas pegiat aksi perubahan iklim lainnya. Misalnya melalui program Youth Leadership Camp for Climate Crisis (YLCCC) yang telah dilakukan sejak 2011.
Kini, sudah lebih dari 2.500 alumni YLCC yang terus berupaya dalam membangun jaringan generasi muda Indonesia yang peduli dengan memberikan solusi nyata dalam penanggulangan krisis iklim.
Senada dengan hal tersebut, Bakti Lingkungan Djarum Foundation melalui program Djarum Trees for Life telah melakukan kegiatan pelestarian lingkungan melalui penanaman pohon dan mangrove bersama masyarakat, utamanya generasi muda.
Rata-rata, setiap tahunnya ada 60.000 aneka ragam bibit tanaman di berbagai lokasi di Indonesia. Bibit-bibit tanaman ini diproses dan disemai di Pusat Pembibitan Tanaman (PPT) yang ada di kompleks Oasis Kudus.
"Hingga hari ini kami sudah mengoleksi 360 jenis bibit tanaman, termasuk diantaranya 22 jenis tanaman langka," ujar Vice President Director Djarum Foundation F.X. Supanji.
Bibit-bibit tanaman yang disemai di PPT milik Bakti Lingkungan Djarum Foundation ini juga dapat diakses oleh masyarakat.
Secara rutin, pihaknya juga membagikan bibit gratis ke masyarakat, yang mana hal ini sejalan dengan program pembagian bibit yang juga digalakkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. (*)