“Tidak, aku takut turun ke sana,” jawab Aladin.
Penyihir itu kemudian mengeluarkan sebuah cincin dan memberikannya kepada Aladin.
“Ini adalah cincin ajaib, cincin ini akan melindungimu,” kata si penyihir.
Akhirnya, Aladin menuruni undakan itu dengan perasaan takut.
Setelah sampai di dasar, ia menemukan pohon-pohon berbuah permata.
Buah permata dan lampu yang ada di situ dibawanya.
Saat ia hendak menaiki undakan ke atas, pintu lubang sudah tertutup sebagian.
“Cepat berikan lampunya!” seru penyihir.
“Tidak. Lampu ini akan kuberikan setelah aku keluar,” jawab Aladin.
Setelah berdebat, si penyihir menjadi marah dan akhirnya, “Brakk…,” pintu lubang ditutup oleh penyihir.
Ia meninggalkan Aladin terkurung di dalam lubang bawah tanah.
Aladin menjadi sedih dan duduk termenung.
“Aku lapar, Aku ingin bertemu Ibu. Tuhan, tolonglah aku!” ucap Aladin.
Aladin merapatkan kedua tangannya dan tanpa sadar jari-jarinya mengusap pinggiran lampu.
Tiba-tiba, sekelilingnya menjadi merah dan asap membubung tinggi.