Kemudian kedua, dalam konteks kebijakan moneter harus pro pengusaha, government will, juga harus ada strategic agility. Semua harus lincah supaya bisa dipadukan," terang Arnaz.
Penguatan produk domestik sebagai upaya agar terhindar dari resesi turut diamini Sekcam Semarang Utara, Riyanto.
Disebutkan, di Semarang Utara sendiri memiliki sejumlah potensi yang mampu mendorong ketahanan pangan masyarakat sekitar.
"Di Semarang Utara potensi dalam negeri sangat kuat seperti pengasapan ikan, kerajinan dari Tambaklorok, dan berbagai UMKM lain.
Ketahanan pangan ini ada urban farming dari lahan kosong bisa ditanami cabai. Makanya, Semarang Utara sendiri harus menggunakan produk Semarang Utara sendiri, ini khusus untuk mikro," kata Riyanto.
Ekonom Universitas Diponegoro (Undip) Akhmad Syakir Kurnia menambahkan, Kota Semarang memiliki modal sosial yang kuat.
Misalnya saja, kata dia, ketika terjadi krisis Covid-19 kohesi sosial muncul.
Dengan modal sosial ini, ia yakin Kota Semarang mampu menghadapi ancaman resesi yang dimungkinkan terjadi tahun depan.
"Namanya modal itu bukan hanya modal fisik, dalam diri kita ini ada modal SDM dan modal sosial.
Sesuatu nilai tadi bisa dikonversi jadi nilai yg lain, itu yang disebut modal. syarat kedua itu nilai yang dikonversi memberikan nilai tambah," sebutnya.
Sementara itu, Ketua Komisi C DPRD Kota Semarang Rukiyanto memaparkan, pergerakan ekonomi di Kota Semarang tergolong positif.
Hal ini menjadikan optimisme untuk menghadapi resesi yang kemungkinan kecil terjadi di Semarang.
"Kita arahkan untuk Bansos, pasar murah, pengendalian harga terus-menerus, sehingga yang jadi ketakutan kita di 2023 bisa diantisipasi dengan program kegiatan yang direncanakan," imbuhnya. (idy)