TRIBUNJATENG.COM, KRAMAT JATI - alika alias MA (6) kni telah kembali ke pelukan orangtuanya.
Bocah perempuan warga Jakarta Pusat itu selama 28 hari dibawa kabur oleh seorang pemulung yang menculiknya.
Pelaku bernama Iwan Sumarno alias Jacky alias Herman alias Yudi.
Selama masa tersebut, Malika hidup dalam kondisi yang memprihatinkan.
Malika sendiri merupakan sosok yang cerdas.
Baca juga: Sosok Tri Putri yang Tewas Dengan Pacar di Hotel Tangan Bergandengan, Dikenal Cerdas dan Periang
Baca juga: Benarkah Muhammad Amin Punya Saldo Rp 500 Triliun? Sebut Sudah Konfirmasi ke Polisi, TNI dan Pajak
Kepala Rumah Sakit (RS) Polri Kramat Jati Brigjen Hariyanto mengatakan hal tersebut berdasar berdasar hasil pemeriksaan tim psikolog dan psikiater yang memberikan pendampingan psikologis.
"Informasi Psikolog ya, termasuk anak yang cukup cerdas. Komunikasi dengan bibi dan ibunya, sangat bagus," kata Hariyanto di RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur, Jumat (6/1/2023).
MA yang selama 28 hari diculik, dianiaya, dan dipekerjakan sebagai pemulung juga masih dapat berkomunikasi dengan baik kepada orang baru ditemuinya selama menjalani perawatan di RS Polri.
Diharapkan selama proses Visum et Repertum Psikiatrikum atau pemeriksaan kejiwaan untuk keperluan penyidikan, MA pun dapat mengungkapkan kasus dialami ke tim psikolog dan psikiater.
Secara standar operasional prosedur proses visum jiwa ini membutuhkan waktu dua pekan, tapi bukan berarti MA dapat pulih dari dampak kasus dialami hanya dalam kurun tersebut.
"Dua minggu itu tidak langsung sembuh, tidak. Mungkin perlu waktu berbulan-bulan dan sebagainya. Kita mungkin berkolaborasi dengan LPSK, KPAI, kemudian Kementerian PPA," ujarnya.
Hariyanto menuturkan butuh pendekatan khusus dalam memberi pendampingan kepada anak korban kekerasan, di antaranya dengan mengajak korban untuk bermain dan lainnya.
Bersamaan dengan pemulihan psikis tersebut, RS Polri Kramat Jati juga melakukan penanganan medis untuk memulihkan kondisi fisik MA yang sempat ditelantarkan pelaku.
"Di sini ini dalam rangka pemeriksaan psikologis, psikisnya sama untuk fisiknya. Fisiknya setelah dihitung gizinya oleh spesialis berat badannya perlu dinaikkan sekitar 3-4 kilogram lagi," tuturnya.
Harus mengemis
Selama diculik, Malika rupanya sampai harus mengemis setiap kali merasa lapar dan merengek meminta makanan kepada Jacky.
Bukannya diberi makanan, Jacky malah meminta Malika untuk mengemis terlebih dulu untuk mendapatkan uang lalu membeli makan.
Tak hanya itu, Malika rupanya sempat mendapatkan kekerasan fisik oleh Jacky setelah ada luka di sekitar pinggulnya.
Luka tersebut didapat Malika setelah menerima pukulan dari Jacky.
Pelaku yang merupakan pemulung ini dibekuk polisi di sebuah pertokoan tekstil yang beralmat tepatnya di Jalan KH Wahid Hasyim, Jurang Mangu Timur, Pondok Aren, Tangerang Selatan, Senin (2/1/2023).
Aksi penangkapan Jacky sempat terekam CCTV.
Seorang warga yang juga sebagai saksi mata saat polisi melakukan penangkapan, Hendra Wijaya mengatakan, pelaku sempat melakukan perlawanan saat dibekuk polisi.
"Pas penangkapan, pelaku lagi bawa gerobaknya dan tiba-tiba diberhentikan sama tiga orang (polisi). Tapi saat ditangkap, dia (pelaku) malah ngelawan," jelas Hendra kepada wartawan di lokasi, Selasa (3/1/2023).
"Nah terus polisi yang lain langsung datang untuk jatuhin si pelaku, karena dia berontak," sambungnya.
Jacky minta dipanggil bapak
Setelah digendong dari gerobak Jacky, Malika langsung dibawa ke polisi ke RS Polri.
Kepada polisi, Malika sempat bercerita selama masa penculikan.
Jacky rupanya sempat meminta Malika untuk menganggapnya sebagai sang ayah.
"Malika mengatakan kepada penyidik bahwa dirinya sejak tanggal 7 Desember oleh pelaku, pelaku sering menyampaikan bahwa pelaku adalah bapaknya,"
"Juga mengatakan kalau ditanya siapa, bilang saja bapak," tutur Brigjen Pol Ahmad Ramadhan, Karo Penmas Div Humas Polri, Rabu (4/1/2023).
Malika kemudian bercerita kerap diminta mengemis agar mendapatkan makanan oleh pelaku.
"Kemudian ketika korban lapar meminta makan kepada pelaku, selalu pelaku mengatakan 'kamu minta-minta (mengemis) sama orang' harus tindakan mengemis tersebut oleh pelaku diminta untuk beli makanan,"
"Dan itu dilakukan berulang-ulang," jelas Ahmad lagi.
Saat malam, lanjut Ahmad, Malika mengaku beristirahat di dalam gerobak.
"Gerobak itu dipakai Malika untuk tempat tidur selama masa penculikan 26 hari itu," jelas Ahmad.
Orangtua Malika trauma
Pasangan suami istri warga Jakarta Pusat berinisial Oni dan Tunggal turut mengalami trauma akibat anak perempuan mereka, MA (6) menjadi korban penculikan.
Kepala Pusat Kedokteran dan Kesehatan (Pusdokkes) Polri, Irjen Asep Hendradiana mengatakan keduanya didapati trauma berdasar hasil pemeriksaan tim psikiatri RS Polri Kramat Jati.
"Orang tuanya jelas mengalami trauma. Ini tentu jadi pelajaran bukan hanya untuk orang tua M, tapi kita semua agar kita waspada (kejahatan)," kata Asep di RS Polri Kramat Jati, Selasa (3/1/2023).
Lantaran trauma, tim psikiatri jiwa forensik RS Polri Kramat Jati turut memberikan pendampingan psikologis kepada kedua orang tua korban yang kini mendampingi perawatan MA.
RS Polri Kramat Jati memastikan seluruh biaya penanganan medis terhadap MA dan kedua orang tuanya selama menjalani perawatan gratis karena kasus menjadi atensi berbagai pihak.
"Pendampingan bukan hanya untuk ananda (M) saja tapi juga orang tuanya. Bukan hanya aspek psikologi, tapi juga advokasi sehingga kita akan tahu kondisi pada saat ananda itu hilang," ujarnya.
Asep menuturkan berdasar hasil pemeriksaan sementara MA mengalami tindak penganiayaan selama diculik Iwan Sumarno alias Jacky alias Herman alias Yudi Sejak 7 Desember 2022 lalu.
Namun hal ini masih butuh pemeriksaan lebih lanjut lewat Visum et Repertum untuk memastikan luka dialami, dan Visum et Repertum Psikiatrikum guna mengungkap kondisi psikis korban.
"Nanti hasil visum kita sampaikan. Kita sediakan kamar yang layak dan baik karena ini atensi bapak kapolri langsung supaya dilayani diobati termasuk juga didampingi tim yang baik," tuturnya. (*)
Artikel ini telah tayang di TribunJakarta.com dengan judul Malika Korban Penculikan di Jakpus Harus Ngemis Biar Bisa Makan, Pelaku Juga Minta Dianggap Bapak