Khususnya, kembali memperkuat pendidikan karakter anak yang selama dua tahun masa pandemi lalu terkendala oleh jarak fisik berupa pembelajaran online.
‘’Ini merupakan geliat setelah pandemic. Dimana pada masa pandemi kemarin , dampaknya pendidikan karakter yang selama ini sudah terbentuk, dalam dua tiga tahun terkhir luntur.
Dan untuk pemulihan dibutuhkan kerja keras. Dan ini adalah saat saat pemulihan yang memang butuh energi khusus.
Maka perlu kerjasama yang baik antara sekolah dan sesama orangtua untuk mendampingi anak-anak,’’ tutur Suster Agnesita.
Pasalnya, era pasca pandemi juga harus siap menghadapi tantangan berupa kemungkinan semangat anak yang sedikit pudar Karena ada yang instan dalam pembelajaran yang era sekarang ini.
‘’Supaya masyarakat semakin kenal Marsudirini, pendidikannya seperi apa, karena anak-anak dididik bukan hanya keilmuan kognitif yang harus mereka dapat, kalau keilmuan teoritis, anak di-drill bisa.
Tetapi pendidikan karakter itu perlu pembentukan dengan waktu yang tidak singkat. Harus intens. Pembiasaan pembiasaan yang terus menerus. Adapun karakter yang diinginkan adalah daya juang. Sekarang daya juang itu luntur.
Bagaimana anak-anak dengan tantangan tantangan yang sedikit itu mereka lembek karena ada yang instan. Ada yang dimudahkan. Dan keimanan keimanan mulai luntur.
Karena kalau keimanan tidak kuat, maka ke depan kalau ada tantangan tantangan yang tidak positif, mereka tidak kuat. Bisa putus asa,’’ imbuhnya.
Wakil kepala SD Marsudirini, Bu Bernadeth Dwi Darwiynti menambahkan, upaya lain untuk mendididik anak dalam pendidikan karakter selain family gathering ini menurut Suster Agnesita, ada outbound, outing class dan guru-guru diberi pelatihan pelatihan supaya semakin mampu mendampingi anak didik.(*)