TRIBUNJATENG.COM, SURAKARTA - Seorang perempuan paruh baya berkebaya hijau motif lurik, tampak tenang menyiapkan apem untuk para tamu yang siang itu sudah berdatangan di Puro Mangkunegaran, Solo.
Dengan bersimpuh di atas karpet hijau, dia tampak menuangkan adonan pada wajan kecil di atas tungku arang.
Tiga tungku tanah liat atau anglo, disiapkan untuk memasak apem Jawa, agar lebih banyak yang bisa dihasilkan dalam sekali memasak.
Usai adonan dituangkan, dia tampak tak mau melepaskan pandangannya pada ketiga wajan kecil berisi adonan apem.
Beberapa kali dia membolak-balik apem agar tidak gosong.
Dibantu rekannya, perempuan berkebaya biru, yang duduk di belakang menyiapkan wadah beralas daun pisang, guna meletakkan apem-apem yang sudah matang.
Tak lama, pengunjung yang sudah antre seperti tidak tahan untuk menyantap lantaran godaan aroma gurih yang menyebar.
Apem Jawa merupakan jajanan atau kue khas masyarakat Solo.
Meski demikian, jajanan ini juga menjadi sajian khas yang sering dinikmati oleh bangsawan di Puro Mangkunegaran, Solo.
Rasanya yang manis berbaur dengan gurih, membuat jajanan ini sering menjadi pengisi di meja makan, khusus untuk pemimpin di Puro Mangkunegaran.
Jajanan ini berbahan dasar tepung beras, santan, tape singkong, gula pasir, gula jawa dan garam.
Cara pembuatannya sama seperti apem Jawa yang banyak ditemui di pasar-pasar.
Namun ketika diolah untuk sajian raja, apem Jawa yang berwarna cokelat ini, cukup berbeda dalam mengolahnya.
Para abdi dalem Puro Mangkunegaran, bila di dawuh untuk membuat apem, segera menyiapkan semua bahan-bahannya di Koken atau dapur utama di Puro Mangkunegaran.
Adonan tersebut disiapkan dengan penuh tanggung jawab oleh juru masak.