TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Penanganan stunting di Kota Semarang dinilai Kepala BKKBN Pusat, Hasto Wardoyo telah membuahkan hasil positif.
Berdasar Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), tercatat penurunan angka stunting Kota Semarang berada di angka 10.9 persen.
Hasto juga mengapresiasi dan menjadikan inovasi yang dilakukan Pemerintah Kota Semarang sebagai percontohan serta rujukan pengendalian stunting di Indonesia.
Baca juga: Sinergi dengan Pemkab Atasi Stunting, Kilang Cilacap Serahkan 1.000 Box Susu & Berikan Pelatihan PMT
Hal tersebut dituturkan Hasto saat membuka Pembekalan dan Orientasi Tim Pendampingan Keluarga (TPK) di Aula Kecamatan Gajahmungkur, Kamis (9/3).
Dirinya menyampaikan pelatihan TPK ini akan dilakukan secara terus menerus dan selesai sebelum lebaran.
Para kader diberikan ilmu praktis untuk menasehati tetangga.
"Sumber ilmu kedokteran diterjemahkan dalam bahasa sehari-hari oleh instruktur sehingga kader TPK dapat mengedukasi, tetangga ingatkan tetangga,’’ urai Hasto.
Pihaknya juga bekerja sama dengan Kementrian Agama, untuk melakukan screening usia nikah di atas 19 tahun dan pembentukan Genre sebagai duta generasi berencana.
Pelibatan generasi muda khususnya usia SMA diharap mampu mengajak dan mengkomunikasikan keluarga berencana pada teman sebayanya.
Menanggapi apresiasi yang disampaikan Kepala BKKBN Pusat, wali kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu menuturkan treatment yang dilakukan pihaknya dalam mengatasi persoalan stunting di ibu kota Provinsi Jawa Tengah.
‘’Kenapa angkanya cepat turun? Karena kita di setiap wilayah punya treatment masing-masing,’’ ungkap Mbak Ita, sapaan akrab Wali kota.
Hal ini, lanjutnya, dikarenakan kasus stunting tidak melulu dikarenakan permasalahan gizi melainkan juga pola asuh.
Dicontohkannya, penanganan kasus stunting di Kecamatan Semarang Barat akan berbeda dengan di Semarang Utara.
Sebagai daerah industri dengan banyak ibu bekerja, Kecamatan Semarang Barat, terutama Kelurahan Kalipancur dan Kelurahan Manyaran dipilih sebagai lokasi pertama Rumah Pelita dengan penanganan terintegrasi, mulai dari pemenuhan gizi dan pola asuh.
Berbeda dengan kondisi di Kelurahan Tanjungmas, Kecamatan Semarang Utara karena kemampuan dan tingkat kemiskinan sehingga gizinya kurang, meski pendampingan orang tua ada.