TRIBUNJATENG.COM, SLAWI - Salah satu makanan khas Kabupaten Tegal yaitu Glotak, memiliki cita rasa khas dengan bahan dasar bongkrek atau gembus dipadukan balungan ceker ayam, balungan daging sapi, iga, dan lain-lain sebagai pelengkap
Memiliki cita rasa pedas dan berkuah, Glotak menjadi salah satu menu favorit berbuka puasa khususnya bagi masyarakat Kabupaten Tegal.
Tribunjateng.com mencoba menemui salah satu pembuat glotak yang beralamat di Jalan Prekutut, RT 02/RW 01, Desa Slawi Kulon, Kecamatan Slawi, Kabupaten Tegal, Kamis (30/3/2023).
Baca juga: Lebih Baik Minum Teh atau Kopi Saat Berbuka Puasa? Jangan Sampai Salah, Simak Penjelasan Ahli Gizi
Baca juga: Cerita Kuliner Legenda Bubur India Masjid Jami Pekojan Telah Ada Sejak Lebih Dari Seabad
Memulai usaha di bidang kuliner terutama masakan rumahan sekitar tujuh tahun lalu, Ice Andriyani pada momen puasa 1444/2023 ini mengaku mengalami peningkatan penjualan terutama menu makanan glotak.
Usaha Dapoer Mamih Chalisa yang ia rintis, terus berkembang dan bervariasi menyajikan menu-menu masakan rumahan seperti pepes ikan, pepes tahu, pepes gembus, oseng daun pepaya, oseng labu, sayur asem, pecakan tempe, dan masih banyak lagi sesuai request atau pesanan pembeli.
Selain itu, Ice juga biasa menerima pesanan nasi kuning karakter, berbagai menu lauk, semur jengkol, dan yang sedang banyak digandrungi yaitu glotak.
Dijelaskan Ice, glotak merupakan makanan khas Kabupaten Tegal yang berbahan dasar gembus atau bongkrek.
Kemudian ditambah bahan-bahan penyedap lain seperti bawang putih, bawang merah, ketumbar, jahe, lengkuas geprek, kamijara, laos, gula jawa, garam, penyedap rasa, cabai yang dihaluskan, ditambah kecap manis dan bumbu rahasia yang dibuat sendiri oleh Ice.
Setelahnya semua bumbu dimasukkan jadi satu di wajan besar, kemudian diaduk-aduk sampai merata, ditambah air, kemudian ketika sudah tercampur rata bahan gembus dan ceker ayam dimasukkan dan diaduk-aduk sampai air menjadi agak mengental.
Adapun proses pembuatan glotak dari awal penyiapan bahan, bumbu-bumbu, sampai siap saji kurang lebih sekitar satu jam.
Lamanya waktu memasak, dikatakan Ice supaya bumbu meresap sehingga glotak bisa tahan lama paling tidak sampai sore bahkan malam hari.
"Jadi kenapa namanya glotak, proses memasaknya kan pakai wajan, panci, atau lainnya, nah saat dimasak karena ada campuran balungan ayam atau sapi ketika diaduk menimbulkan suara "Glotak-glotak" akhirnya dipakai untuk nama makanan. Tapi ada juga di daerah lain seperti Talang menyebutnya bukan glotak tapi petis, jadi ada dua macam penyebutan yaitu glotak dan petis. Meskipun namanya berbeda, tapi rasa dan tampilannya sama, hanya beda penyebutannya saja," ungkap Ice, pada Tribunjateng.com.
Untuk pemasaran, Ice mengaku memanfaatkan whatsapp grup, ia juga membuat akun facebook, dan instagram untuk mengiklankan produknya.
Sedangkan produk glotak nya sendiri pemasaran baru area Kabupaten Tegal, Kota Tegal dan sekitarnya.
Sementara untuk proses produksi atau memasak, perempuan 42 tahun ini dibantu oleh satu orang tetangganya.
"Kalau glotak yang saya buat itu ada tiga jenis yaitu glotak balungan ayam dan ceker harga Rp 10 ribu sudah gratis krupuk mie. Kemudian ada varian glotak balungan iga sapi, dan glotak tetelan sapi dengan harga Rp 15 ribu per porsi. Semenjak puasa penjualan meningkat, karena selain banyak yang pesan langsung via whatsapp, saya juga menitipkan di penjual lauk pauk atau lainnya," jelas Ice.
Ice pun mendulang pundi-pundi rejeki pada momen puasa kali ini, karena glotak buatannya banyak diminati oleh konsumen.
Jika di hari biasa atau sebelum puasa Ice membuat menu glotak hanya 10-15 porsi saja, pada momen puasa meningkat kisaran 30-35 porsi per hari dan selalu habis.
"Glotak ini cara makannya sesuai selera, ada yang suka digado (makan tanpa nasi), ada juga yang lebih suka untuk lauk dengan nasi, tapi kalau saya pribadi lebih suka makan glotak dengan lontong. Selain itu semakin nikmat jika ditambah kerupuk mie atau krupuk antor," kata Ice. (dta)