Pembunuhan Berantai Dukun Banjarnegara

Modus Mbah Slamet Banjarnegara, Setor Rp 70 Juta Bisa Digandakan Jadi Rp 5 Miliar

Editor: m nur huda
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tersangka Tohari (45) alias Mbah Slamet dukun pengganda uang di lokasi penemuan mayat di Desa Balun, Kecamatan Wanayasa, Banjarnegara, Jawa Tengah, Selasa (4/4/2023) sore.

"Jadi korban dikubur setelah betul-betul mati. Kalau belum ya tidak bisa dikubur," ujarnya.

Mbah Slamet mengaku memiliki kaki tangan yakni BS yang bertugas membantu mempublikasikan melalui media sosial dan mempertemukannya.

Bahkan pesuruhnya tidak tahu jika dirinya melakukan pembunuhan. "BS dikasih Rp 5 juta kadang Rp 10 juta," tuturnya.

Ia mengaku menyesal atas perbuatannya. Dirinya akan akan mempertanggung jawabkan semua perbuatannya.

"Saya menyesal dan saya ingi bertobat pak," tandasnya.

Pemakaman korban pembunuhan dukun pengganda uang di Desa Balun, Kecamatan Wanyasa, Banjarnegara, Jawa Tengah, Selasa (4/4/2023) sore. (KOMPAS.com/FADLAN MUKHTAR ZAIN)

Iming-imingi Korban Keuntungan Besar

Di sisi lain, dari hasil penyidikan polisi, Mbah Slamet dalam menjalankan aksinya diketahui mengiming-imingi para korban dengan keuntungan besar bila menggandakan uang di tempatnya.

Misalnya jika korban menyetor uang Rp 40 juta hingga Rp 70 juta, maka mereka dijanjikan uangnya akan digandakan menjadi Rp 5 miliar.

Namun, bukannya menepati janji, para korban malah dibunuh secara keji dengan dikubur di satu liang lahat di area perkebunan di Desa Balun, Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Banjarnegara.

Diketahui pula jika para korban itu dikubur oleh Mbah Slamet di lahan perkebunan di Desa Balun, Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Banjarnegara.

Dibantu sejumlah relawan, polisi kemudian melakukan pencarian terhadap para korban. Polisi melakukan penggalian sejak Senin (3/4) siang.

Dalam proses penggalian itu, Mbah Slamet berperan menunjukkan lokasi penguburan jenazah.

Lokasi penggalian berada di lereng bukit yang ditanami singkong dan pohon puspa.

Untuk mencapai lokasi penguburan, polisi dan para relawan harus menempuh jalan berlumpur dan berjalan kaki sejauh 100 meter dari jalan raya Kalibening Wanayasa.

Namun hasilnya tak sia-sia. Pada saat penggalian, polisi kemudian menemukan tulang belulang dan jenazah yang masih utuh tapi sudah mulai membusuk.

Halaman
1234

Berita Terkini