TRIBUNJATENG.COM, SOLO – Pertunjukan Sudamala : Dari Epilog Calonarang di Pamedan Pura Mangkunegaran, Surakarta memukau ribuan pasang mata di pementasan hari pertamanya, Jumat (23/6/2023) malam.
Para penonton dibuat takjub dengan pertunjukan yang diproduseri Nicholas Saputra dan Happy Salma itu. Pentas Sudamala ini menampilkan dua tokoh sentral yaitu Walu Nateng Dirah (Calonarang) dan Mpu Bharada.
Cerita rakyat dari Jawa yang kemudian berproses hingga lebih dikenal di Bali itu melibatkan 402 orang, baik seniman maestro bekerja seni dan tenaga profesional.
Baca juga: Kronologi Pembunuhan Perempuan Tanpa Busana Jasadnya Dibuang di Kesugihan Cilacap
Baca juga: BREAKING NEWS: Bea Cukai Kudus Temukan Rokok Ilegal di Jasa Ekspedisi Jepara
Baca juga: AWANNGROUP Gelar Grand Opening WAGA The Presidenn dan AWANNGROUP Headquarters Office
Sebanyak 102 orang bahkan didatangkan langsung dari Bali. 44 orang dari Jakarta Bandung Jogjakarta dan sekitarnya. Serta 256 tim kerja, penari dan pegiat seni dari Solo.
Produser Nicholas Saputra usai pertunjukan mengucapkan terima kasih kepada para penontonnya yang sudah menjadi bagian dari pertunjukan.
Nicho mengatakan Solo merupakan kota kedua setelah pagelaran di Jakarta. Secara pementasan tidak berubah, hanya saja khusus di Solo ada narator dalam cerita.
"Di Solo kita memang menambahkan narator. Kita mengusahakan untuk ini, agar bahasa bisa dipahami oleh penonton."
"Kalau di Bali bahasa Kawi itu tentu sudah paham, nah di Solo ini memang penontonnya kan tidak tahu persis tentang bahasa Kawi," kata Nicho.
Dalam pementasan itu, Happy mengaku pihaknya sudah memberikan yang terbaik dan berusaha memberikan tontonan budaya yang menyentuh hati.
Dengan begitu diharapkan cerita pada pagelaran itu bisa membekas dan dibawa pulang oleh penonton.
Happy mengaku pada pementasan pertama di Jakarta pihaknya membutuhkan waktu satu tahun lebih untuk mempersiapkan pementasan yang berlangsung selama dua jam ini. Sementara untuk di Solo ini, pihaknya membutuhkan waktu selama dua bulan.
Produser Pendamping Cokorda Gde Bayu Putra menambahkan pagelaran itu adegan keris ditancapkan di dada adalah merupakan simbol dari memusnahkan atau menghilangkan hawa nafsu yang ada di diri dan hati.
"Bagaimana kita bisa mengintropeksi diri, bagaimana kita bisa mengatasi semua hal-hal yang kotor ada pada dalam diri kita," kata Cokorda Gde Bayu Putra.
Sementara Sutradara sekaligus Pemain Rangda, Jro Mangku Serongga mengatakan Sudamala ialah pembersihan diri dari kotoran. Pihaknya ingin menginspirasi penoton untuk mawas diri.
"Yang ingin disampaikan bahwasannya penonton bisa terinspirasi cerita ini. Bagaimana bisa untuk mawas diri, membenahi diri dan mensucikan diri."
"Dengan Sudamala ini kita bisa mensucikan raga dan mensucikan pikiran. Ketika raga kita sudah suci maka ke pikiran kita akan suci setelah itu akan membuat jiwa kita suci," tandasnya. (uti)