"Malam ini, sayangnya kami telah mencapai kesimpulan bahwa perbedaan tidak dapat diatasi. Untuk alasan ini, saya akan segera menyampaikan pengunduran diri saya secara tertulis kepada raja atas nama seluruh pemerintahan," imbuhnya.
Rutte disebut telah mengajukan pengunduran dirinya kepada Raja Willem-Alexander pada hari Sabtu (8/7) waktu setempat.
Menjabat Sejak 2010
Untuk diketahui, koalisi ini merupakan periode keempat bagi Rutte sejak dia menjabat sebagai PM Belanda pada tahun 2010. Namun, koalisi pemerintahan periode ini baru dilantik pada Januari 2022 setelah mencapai rekor negosiasi selama 271 hari dan terpecah belah dalam banyak masalah.
Rutte - dijuluki "Teflon Mark" karena kemampuannya menghindari bencana politik - menambahkan bahwa dia memiliki "energi" untuk bertahan untuk masa jabatan kelima tetapi dia harus "bercermin" terlebih dahulu.
Usai pengunduran diri Rutte, pemilihan PM Belanda akan kembali dilakukan. Komisi Pemilihan Belanda menyebut pemilihan paling awal dapat diadakan adalah pada pertengahan November. Rutte pun memastikan akan memimpin pemerintahan sementara sampai PM yang baru terpilih.
Runtuhnya koalisi Rutte ini pun memicu saling tuduh sengit antara empat partai dalam koalisi berusia satu setengah tahun, yang dijuluki "Rutte IV".
Christen Unie - sebuah partai Kristen Demokrat yang mendapat dukungan utamanya dari "Sabuk Alkitab" Protestan yang kukuh di Belanda tengah telah menentang rencana Rutte.
Dia dilaporkan menuntut agar jumlah kerabat pengungsi perang yang diizinkan masuk ke Belanda dibatasi hingga 200 per bulan. (kps/dtc/tribun jateng cetak)