TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA - Menteri Luar Negeri Indonesia (Menlu RI) Retno Marsudi menegaskan pentingnya sentralitas ASEAN di tengah persaingan kekuatan besar.
Hal ini dia sampaikan saat memimpin pertemuan Menlu ASEAN atau ASEAN Ministerial Meeting (AMM) ke 56 di Hotel Shangri La, Jakarta pada sesi plenari, Selasa (11/7/2023).
Retno menegaskan bahwa ASEAN telah menikmati perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran selama lebih dari 5 dekade.
Menurutnya, ASEAN perlu mengirimkan pesan yang jelas bahwa ASEAN tidak akan pernah menjadi proxy dalam persaingan kekuatan besar.
"Kedamaian tidak jatuh dari langit. Ini adalah hasil dari upaya sistematis untuk membangun arsitektur regional yang inklusif, berlabuh pada kebiasaan dialog dan kolaborasi berdasarkan prinsip-prinsip Piagam PBB, Piagam ASEAN, dan hukum internasional," kata Menlu RI.
Retno menegaskan dialog adalah merek dagang utama ASEAN, dimana ASEAN bisa terbuka untuk kerja sama tanpa keterasingan.
Adapun proses yang dipimpin ASEAN adalah manifestasi yang jelas dari komitmen ini.
"Kami telah berinvestasi sangat besar dan kami harus mempertahankannya, terutama saat ini di tengah tantangan yang semakin kompleks," kata Retno.
Menlu RI mengatakan ASEAN tidak punya pilihan selain menunjukkan bahwa ASEAN dapat mengarungi dinamika regional dan global serta terus menanamkan paradigma kolaborasi.
Menurutnya hal ini hanya bisa dicapai jika ASEAN menjaga persatuan dan sentralitas ASEAN dengan 2 cara, yakni ASEAN yang memiliki kredibilitas dan menavigasi dinamika global.
Dimana Treaty Amity and Cooperation (TAC) yang merupakan Perjanjian Persahabatan dan Kerjasama dalam lingkup Asia Tenggara harus dipatuhi oleh semua anggota.
"ASEAN harus menjadi yang terdepan dalam membangun arsitektur kawasan yang inklusif. Kita harus menekankan bahwa mini-lateralisme apa pun harus menjadi landasan bagi perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran di Indo-Pasifik," ujarnya.
Bebas Senjata Nuklir
Menlu tegaskan, pertemuan pertama AMM membahas zona bebas senjata nuklir Asia Tenggara atau The Southeast Asia Nuclear Weapon-Free Zone (SEANWFZ).
Risiko penggunaan senjata nuklir saat ini lebih tinggi dalam sejarah, dimana tenaga nuklir menjadi bagian dari doktrin militer beberapa negara.