TRIBUNJATENG.COM, JEPARA - Tiga belas tahun lalu, Aris Subagio memulai terjun di dunia bisnis Tenun Troso.
Dia memasarkan produksi kain Tenun Troso ke berbagai daerah melalui pasar online.
Dia menawarkan kain tenun di beberapa platform media sosial, gayung bersambut, beberapa pembeli dari luar daerah meminatinya produk kain tenun hasil garapannya.
Baca juga: Video Meriahnya Karnival Tenun Troso di Jepara Ribuan Warga Tumpah Ruah
Seperti diketahui tenun dari Desa Troso, Kecamatan Pecangaan, Kabupaten Jepara itu telah dikenal luas di luar daerah.
Bahkan hampir seluruh Indonesia mengakui kualitas Tenun Troso.
Hingga saat ini Aris Subagio secara berkala telah memiliki pelanggan tetap yang tersebar di dalam dan luar Pulau Jawa.
Pria yang akrab disapa Bagio itu menuturkan, pelanggan tetapnya saat ini dari Jakarta, Palembang, dan beberapa kota di Pulau Sumatera dan Pulau Sulawesi.
Menurutnya, kondisi pasar Tenun Troso saat ini kembali bergeliat setelah kurang lebih selama tiga tahun lesu akibat dihantam pandemi Covid-19.
Kini pesanan kain tenun dari beberapa luar daerah kembali melimpah.
Perekonomian di sektor tenun ini, kata dia, bisa dikatakan berangsur pulih.
“Dari mulai korona kemarin, ini lagi bagus-bagusnya secara penjualan. Karena korona kemarin hampir mati total. Tapi alhamdulillah pelan-pelan kembali ramai. Bulan-bulan ini penjualan paling bagus,’ ujar pria asal Desa Troso, RT 9/10 itu kepada tribunjateng.com, Minggu (16/7/2023).
Berdasarkan pengalamannya menggeluti bisnis kain Tenun Troso penjualan kain juga fluktuatif.
Kadang sepi, kadang ramai.
Menurutnya, memasuki semester kedua atau bulan keenam sampai akhir tahun, penjualan merangsek naik.
Terutama akhir tahun saat memasuki Hari Raya Natal hingga Tahun Baru.
Pesanan kain dari pelanggan Pulau Jawa seperti Sumatera dan Pulau Sulawesi menderas.
Namun setelah memasuki awal tahun baru, permintaan kain menjadi landai. Pesanan tak lagi sederas pada akhir tahun. Kondisi ini, kata Bagio, terjadi tiap tahun.
Menurutnya, hal itu lumrah. Pasalnya pelanggannya sudah memiliki banyak stok, karena saat akhir tahun sudah memesan kain tenun dalam jumlah banyak.
Dari menekuni usaha ini, Bagio mengaku bisa meraup omzet dalam sebulan sekira Rp 100 juta hingga Rp 200 juta.
Dengan omzet sebesar itu, pemilik usaha Bagios Tenun Troso ini kini memiliki sekira 20 orang tenaga penenun.
Dan secara keseluruhan dia membawahi sekira 50 tenaga kerja, baik sebagai penenun, penjahit, dan yang lainnya.
Bagio adalah potret pengusaha kain tenun yang berhasil memasarkan Tenun Troso ke berbagai dari daerah.
Dia termasuk satu di antara banyak ratusan pengusaha Troso yang telah melakukan hal demikian.
Tak ayal, industri kain tenun Troso dari dari dulu sejak saat ini menjadi tumpuan ekonomi warga setempat.
Terpisah, Sekretaris Desa Troso Abdul Jamal menjelaskan, jumlah penguasa Tenun Troso dengan skala menengah ke atas sebanyak 282.
Adapun jumlah unit usaha tenun di Desa Troso mencapai 900.
Dari jumlah itu, saat ini di Troso terdapat 7.000 alat tenun bukan mesin atau sering disebut ATBM.
Jamal memastikan, pemasaran kain Tenun Troso hampir ke seluruh daerah di Indonesia.
Bahkan saat ini sejumlah pengusaha telah menembus ekspor ke sejumlah negara di Asia dan Afrika.
Baca juga: Karnival Tenun Troso di Jepara Kembali Diselenggara, Ribuan Orang Tumpah Ruah di Pinggir Jalan
Namun proses ekspor ini, pengusaha tenun masih berperan sebagai pihak ketiga.
Ada yang memerantai penjualan ke luar negeri.
“Yang sudah sering kirim ke Somalia, Uni Emirat Arab, dan India,” kata Jamal.
Bahkan saat ini beberapa buyer dari luar negeri telah terjun langsung ke Troso. Mereka, kata Jamal, memantau lansung produksi tenun sekaligus proses pengiriman ke negara tujuan. (*)