TRIBUNJATENG.COM -- Ada tujuh sekolah negeri di Solo hanya mempunya siswa baru kurang dari 10. Bahkan ada SDN Tumenggungan hanya menerima satu siswa baru.
Tahun lalu hanya menerima lima siswa. Bagaimana proses belajar mengajarnya ya.
Umumnya sekolah negeri menjadi jujugan calon siswa untuk mendaftar. Bahkan berusaha keras bisa masuk sekolah yang diinginkan melalui jalur zonasi.
Sudah begitu, masih banyak calon siswa yang tidak diterima karena keterbatasan kuota rombongan belajar (rombel).
Tapi tidak semua mengalami demikian. Beberapa SD Negeri di Kota Solo justru kekurangan murid.
Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Surakarta sebut ada tujuh sekolah di Kota Bengawan yang hanya memiliki 10 siswa ke bawah, bahkan ada yang hanya satu siswa baru.
Kepala Disdik Kota Surakarta, Dian Rineta menyebut salah satu penyebabnya ialah berkurangnya permukiman dan maraknya pertokoan di wilayah tersebut.
"Di Kota Solo siswanya yang dibawah 10 (tahun ajaran baru) itu ada tujuh sekolah. Ada di Yosodipuro, Nayu Barat, Carangan, Tumenggungan dan beberapa yang lain.
Di lingkungan itu rata-rata tidak ada penduduk, sudah banyak pertokoan, banyak kafe," kata Dian ditemui di ruang kerjanya, Senin (17/7/2023).
Alasan mengapa sekolah negeri ini hanya sedikit siswa, karena juga ada sekolah swasta lebih bagus.
"Secara prinsip, saya hanya memastikan anak di lingkungan tersebut. Semua sudah sekolah jadi tidak ada anak yang tidak sekolah," kata Dian.
Ia mengatakan, wali murid kini cenderung mempercayakan anak-anaknya masuk SD berbasis agama yang lebih bagus.
Terlebih komunitas atau golongan tertentu kini banyak yang membuat sekolah. Sehingga secara otomatis anak-anak mereka akan disekolahkan di sekolahan tersebut.
SD Negeri Tumenggungan yang berada di tengah Kota Solo hanya terima 1 (satu) siswa di tahun ajaran baru 2023/2024 ini. Adanya sistem zonasi menjadi salah satu faktor sedikitnya pendaftar di sekolahan tersebut.
Pada proses Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) 2023 pihak sekolah tidak mendapatkan siswa dari jalur zonasi.